Gagasan
mengenai teori evolusi, dimulai oleh seorang naturalis berkebangsaan Inggris
bernama Charles Darwin. Pemikirannya mulai muncul setelah ia menerima tawaran
dari Angkatan Laut Inggris untuk berkelana mengelilingi dunia menggunakan kapal
layar HMS Beagle selama 5 tahun tanpa bayaran. Suatu saat di akhir tahun 1835,
rombongan kapal ini mendarat di sebuah pulau di Amerika Selatan yang dikenal
dengan nama Pulau Galapagos. Selama tiga minggu di pulau ini, Darwin telah
banyak mengambil sampel tumbuhan, reptil, dan hewan-hewan lainnya. Hal yang
paling mengesankan bagi Darwin adalah adanya burung-burung dari famili Fringilidae yang memiliki paruh dengan
bentuk yang beraneka ragam. Variasi yang dimiliki burung tersebut ternyata
tidak hanya terlihat pada bentuk paruhnya saja, tetapi juga dari jenis
makanannya. Setiap jenis makanan ternyata telah menjadi makanan utama bagi
salah satu jenis burung famili Fringilidae
ini.
1.
Teori
Darwin
Darwin
juga menemukan bahwa hanya sedikit burung jenis lain selain family Fringilidae yang terdapat di pulau
tersebut.Setelah pulang kembali ke Inggris, Darwin menemukan permasalahan dalam
menjelaskan mengapa setiap daerah yang dia kunjungi memiliki keanekaragaman
yang berbeda. Hal yang selalu paling membuatnya tertarik adalah kenyataan
mengenai bentuk-bentuk paruh dari burung finch yang dia temukan di Pulau Galapagos.
Gagasan tentang asal-usul organisme ini ternyata tidak dikemukakan oleh Darwin
seorang. Seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris lainnya, yakni Alfred Russel
Wallace juga menyatakan hal yang sama mengenai konsep asal-usul organisme.
Dalam
bukunya yang berjudul ”The Orgin of
Species by Means of Natural Selection,” Charles Darwin mengungkapkan
teorinya mengenai evolusi. Pokok utama dari teori Darwin tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Perubahan-perubahan
yang terjadi pada suatu organisme disebabkan oleh seleksi alami (natural
selection).
b.
”Survival
of the fittest”, artinya siapa yang paling kuat dia akan bertahan. Darwin
mengemukakan bahwa individu yang kuat akan bertahan dan akan mewariskan sifat
ke generasi berikutnya.
c.
”Struggle
for existance”, artinya berjuang keras untuk bertahan hidup. Individu yang
tidak dapat bertahan akan mati dan terjadi kepunahan, sedangkan yang bertahan
akan melanjutkan hidupnya dan bereproduksi.
2.
Teori
Lanmarck
Bisa
dibilang, evolusi penyu adalah cerita mudah diikuti: rencana penyu dasar tubuh
muncul sangat awal dalam sejarah kehidupan (selama periode Triassic akhir), dan
telah berlangsung cukup banyak berubah hingga hari ini, dengan variasi biasa
dalam ukuran, habitat dan ornamentasi. Seperti jenis lain sebagian besar hewan,
meskipun, pohon evolusi penyu termasuk pangsa rantai yang hilang (beberapa
teridentifikasi, beberapa tidak), mulai palsu, dan berumur pendek episode
gigantisme.
3.
Teori
Weismann
Orang yang
mengemukakan teori ini adalah August Weismann (1834–1914). Weismann adalah
seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman. Dalam teorinya dinyatakan bahwa
evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor genetis.2.
Perdebatan Ilmuwan Tentang Evolusi, banyaknya ahli yang mengajukan teori-teori
evolusinya, menimbulkan pertentangan pendapat di antara ilmuwan-ilmuwan
tersebut. Hasil pengamatan setiap ilmuwan berbeda. Hal tersebut dapat dipahami
karena teori evolusi yang dikemukakan hanya didasarkan atas pengamatan bukti-bukti
evolusi, bukan berdasarkan eksperimen di laboratorium sehingga hasilnya belum
pasti.
4.
Gabungan
Teori
a.
Teori
Lanmark dan Darwin
Lamarck
mengemukakan bahwa jerapah berleher panjang karena kebiasaan menjulurkan
lehernya terus-menerus untuk mencari makanan di pohon yang tinggi. Darwin
membantahnya dengan mengemukakan bahwa jerapah yang berleher panjang dan
jerapah yang berleher pendek sudah ada sebelumnya. Seleksi alam menyebabkan
jerapah berleher pendek punah dan menyisakan jerapah yang berleher panjang.
b.
Teori
Lanmarck dan Weismann
Teori yang
dikemukakan oleh Lamarck juga dibantah oleh Weismann. Weismann menyanggah teori
Lamarck ini dengan melakukan percobaan pemotongan ekor tikus dan mengawinkan
sesamanya selama 22 generasi. Ternyata setiap generasi tidak pernah
menghasilkan tikus yang berekor pendek. Generasi tikus yang ke-23 tetap berekor
panjang. Dengan berbekal informasi ini, Weismann menggugurkan teori yang
diajukan oleh Lamarck. Weismann mengungkapkan bahwa pengaruh genetis merupakan
faktor lain yang menyebabkan adanya variasi. Hal ini ia temukan pada saat
mengamati proses pembelahan sel. Faktor genetis inilah yang kemudian diwariskan
kepada keturunannya.
c. Teori Darwin dan Weismann
Sebenarnya,
teori yang dikemukakan oleh kedua tokoh ini tidak bertentangan. Teori Weismann
bahkan lebih menjelaskan teori seleksi alam yang dikemukakan oleh Charles
Darwin. Weismann berpendapat bahwa perubahan sel tubuh akibat pengaruh
lingkungan tidak akan diwariskan. Proses evolusi akan terjadi jika ada
perubahan pada sel kelamin. Perbedaannya dengan Darwin adalah Darwin
berpendapat bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alam. Adapun Weismann,
mengatakan bahwa evolusi merupakan gejala seleksi alam terhadap faktor genetis.
B.
Evolusi Penyu
1. Penyu atau Kura-Kura
Penyu laut merupakan hewan
reptilia yang langka. Penyu laut saat ini telah menjadi hewan yang sangat
dilindungi karena jumlahnya di muka bumi ini yang hampir punah. Kehidupan penyu
lautpun sampai saat ini masih menjadi sebuah misteri. Seiring dengan
perkembangan peradaban manusia, perlahan-lahan kehidupan penyu laut pun mulai
diketahui. Para ilmuwan dan peneliti meyakini bahwa penyu laut merupakan
hewan purba yang telah ada sejak zaman dinosaurus. Hal ini diperkuat dengan
ditemukannya fosil-fosil hewan purba yang menyerupai bentuk penyu di beberapa
negara.
Penyu diperkirakan telah hidup sejak
zaman Triassic (250 – 210 tahun yang lalu). Zaman Triassic ini merupakan zaman
dimana Dinosaurus dan reptilia laut mulai muncul dan reptilia yang menyerupai
mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont
mulai berkembang. Mamalia pertama pun mulai muncul pada zaman ini. Benua Pangea
bergerak ke Utara dan gurun. mulai terbentuk. Lembaran es di bagian selatan
mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pange.
Penyu yang diperkirakan hidup pada
zaman Triasic merupakan jenis hewan darat seperti kura-kura. Penyu yang ada
pada zaman itu diduga merupakan nenek moyang penyu laut, dimana penyu tersebut
merupakan transisi antar penyu primitive dan penyu perenang.
Dari hasil penemuan sebuah fosil
hewan purba yang menyerupai penyu, diduga penyu mulai menjalani kehidupan
hampir sepenuhnya di air sejak 180 – 160 juta tahun yang lalu. Dimana, pada
saat itu diperkirakan telah memasuki zaman Jurassic yaitu zaman setelah zaman
Triassic. Penyu mulai menghabiskan hidupnya hampir sepenuhnya di laut
diperkirakan karena pada zaman Jurassic ini banyak Dinosaurus tumbuh
dalam ukuran yang luar biasa dan Dinosaurus sepenuhnya mengusai muka bumi.
Selain itu, diduga juga karena pakan di darat mulai sulit di dapat dan pada
saat itu dan bentuk Pangea sudah terpecah sehingga pada saat zaman
itu sudah terdapat danau-danau dan lautan purba yang luas.
Seiring dengan berjalannya waktu,
perubahan dari zaman ke zaman menyebabkan penyu menjadi hewan laut yang seperti
kita kenal sekarang. Jenis-jenis penyu perlahan-lahan mulai berkurang
jumlahnya. Hal ini diduga diakibatkan karena perubahan kondisi alam yang
terkadang tidak mendukung kehidupan penyu dan perburuan predator air yang
semakin ganas, sehingga penyu yang berukuran besar sering dijadikan
mangsa. Beberapa penyu diduga mengalami evolusi dan menghasilkan penyu laut
yang ada seperti sekarang ini.
Penyu laut seperti hewan purba
lainnya diduga mengalami seleksi alam secara perlahan. Pada jaman dahulu
diperkirakan ada banyak jenis penyu laut yang hidup. Tapi, karena adanya banyak
perubahan yang terjadi di muka bumi ini, keberadaan penyu lautpun secara
perlahan mulai berkurang dan mengalami kepunahan akibat dari seleksi
alam. Beberapa jenis penyu laut yang masih hidup sampai saat ini diperkirakan
merupakan jenis penyu laut yang telah mengalami evolusi dan mampu bertahan
hidup melewati seleksi alam.
2. Persebaran Penyu
Di Indonesia, jumlah penyu laut yang
ada diperkirakan sangat banyak dan terdapat 6 jenis penyu dari 7 jenis
penyu yang ada di dunia. Hal ini dikarenakan karena Indonesia merupakan Negara
kepulauan yang memiliki iklim tropis. Selain itu di Indonesia juga banyak
terdapat pantai yang cocok untuk dijadikan pantai peneluran penyu laut dan
daerah mencari pakan.
Seluruhnya,
diperkirakan terdapat sekitar 260 spesies kura-kura dari 12-14 suku (familia)
yang masih hidup di pelbagai bagian dunia. Di Indonesia sendiri terdapat
sekitar 45 jenis dari sekitar 7 suku kura-kura dan penyu. Suku-suku tersebut
dan beberapa contohnya:
a.
Anak bangsa Pleurodira
1)
Chelidae,
kura-kura leher ular
Suku ini
dinamai demikian karena kebanyakan anggotanya memiliki leher yang panjang.
Karena tak dapat ditarik masuk, kepala kura-kura ini hanya dilipat menyamping
di sisi tubuhnya di bawah lindungan pinggiran tempurung badannya. Suku
kura-kura leher ular menyebar terutama di Papua dan Australia serta pulau-pulau di
sekitarnya, dan di Amerika Selatan. Di luar tempat-tempat tersebut ditemukan
pula di Pulau Rote, Nusa Tenggara. Habitat kura-kura ini adalah perairan tawar.
Beberapa jenisnya yang ada di Indonesia, di antaranya:
a)
Kura-kura rote (Chelodina mccordi)
b)
Kura-kura papua (Chelodina
novaeguineae)
c)
Kura-kura perut putih (Elseya
branderhosti)
2)
Pelomedusidae
Seperti
kerabat terdekatnya, Chelidae,
anggota suku ini merupakan kura-kura air tawar. Kura-kura ini hidup di Amerika
Selatan, Afrika dan Madagaskar dan tidak didapati di Indonesia.
b.
Anak bangsa Cryptodira
1)
Cheloniidae, penyu
Penyu
hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika bertelur, penyu
boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia mengenal laut
semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat ditarik masuk ke
tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan lubang hidungnya yang
berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi yang sempurna untuk
kehidupan laut. Penyu tersebar luas di samudera-samudera di seluruh dunia. Dari
tujuh spesies anggota suku ini, enam di antaranya ditemukan di Indonesia.
Beberapa contohnya adalah:
a)
Penyu hijau (Chelonia mydas)
b)
Penyu sisik (Eretmochelys
imbricata)
2)
Dermochelyidae, penyu belimbing
Suku penyu
ini hanya memiliki satu anggota saja, yakni penyu belimbing (Dermochelys
coriacea). Hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah dingin, penyu ini
merupakan kura-kura terbesar yang masih hidup. Panjang tubuhnya (panjang
karapas) dapat mencapai 3 m, meski umumnya hanya sekitar 1.5 m atau kurang, dan
beratnya mendekati 1 ton.
3)
Chelydridae
Suku ini
terdiri dari kura-kura air tawar berekor panjang dan berkepala besar, yang
menyebar di Amerika. Dengan perkecualian satu marga anggotanya (Platysternon)
yang menyebar di Tiongkok dan Indochina. Beberapa ahli memasukkan Platysternon
ke dalam suku tersendiri, Platysternidae.
4)
Kinosternidae
Yakni suku kura-kura air tawar kecil
dari Amerika bagian tengah. Hewan yang mampu mengeluarkan bau tak enak ini
tidak terdapat di Indonesia.
5)
Dermatemyidae
Juga menyebar terbatas di Amerika
Tengah. Dermatemys berukuran relatif besar dan hidup di sungai-sungai.
6)
Carettochelyidae, labi-labi moncong babi
Suku ini hanya memiliki satu anggota
yang hidup, yakni labi-labi moncong babi (Carettochelys insculpta).
Lainnya telah punah dan hanya ditemukan dalam bentuk fosil. Labi-labi ini
menyebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara.
7)
Trionychidae, labi-labi
Menyebar luas di Amerika utara,
(Eropa), Afrika dan Asia, ini adalah suku labi-labi yang paling banyak
jenisnya. Di Australia, suku ini hanya tinggal berupa fosil. Beberapa contohnya
dari Indonesia adalah:
d)
Bulus (Amyda cartilaginea)
e)
Manlai alias labi-labi bintang (Chitra
chitra)
f)
Labi-labi hutan (Dogania subplana)
g)
Labi-labi irian (Pelochelys
bibroni)
h)
Antipa, labi-labi raksasa (Pelochelys
cantori)
8)
Emydidae
Ini adalah suku kura-kura akuatik
dan semi akuatik yang hidup di air tawar di Eropa, Asia dan terutama di
Amerika. Emydidae merupakan salah satu suku kura-kura terbesar dari segi jumlah
anggotanya. Tidak ada spesiesnya di Indonesia kecuali dalam bentuk hewan
introduksi sebagai hewan peliharaan. Salah satu contohnya yang banyak
dipelihara di Indonesia adalah kura-kura telinga merah (Trachemys scripta).
9)
Geoemydidae
Merupakan suku kura-kura yang
terbanyak anggotanya, Geoemydidae
(dahulu disebut Bataguridae) terutama
menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu, anggota suku ini juga ditemukan di
Afrika bagian utara, Erasia dan Amerika tropis. Ini adalah suku kura-kura air
tawar yang terutama hidup di sungai-sungai, meskipun sering pula ditemui di
daratan. Di Indonesia terdapat sekitar 11 jenisnya. Di antaranya:
a) Biuku (Batagur baska)
b) Beluku atau tuntong (Callagur
borneoensis)
c) Kuya batok (Cuora amboinensis)
10) Testudinidae, kura-kura darat sejati
Adalah
suku kura-kura darat dengan banyak anggota yang tersebar luas di seluruh dunia.
Kura-kura raksasa dari Kepulauan Galapagos dan kura-kura darat berumur panjang
dari Kep. Seychelles di atas termasuk ke dalam suku ini. Dua anggotanya
terdapat di Indonesia:
a)
Baning sulawesi (Indotestudo
forsteni)
b)
Baning coklat (Manouria emys)
c.
Anak bangsa Paracryptodira (Telah punah)
Kura-kura
adalah hewan ideal untuk menguji ide-ide evolusi karena beberapa struktur
mereka yang paling unik, seperti kerang keras, melestarikan sangat baik dalam
catatan fosil. Yang juga membuat calon penyu sempurna untuk mempelajari evolusi
adalah bahwa rencana tubuh mereka adalah unik di antara tetrapoda, dan akan
memerlukan 'beberapa perubahan luar biasa dalam kerangka dan organ internal'
karena mereka berevolusi dari tetrapoda khas. Contohnya adalah bahwa skapula vertebrata berada di luar
tulang rusuk, tetapi dalam penyu skapula, tulang humerus dan beberapa lainnya
adalah semua bagian dalam tulang rusuk. Selain itu, pernapasan
sangat berbeda dibandingkan dengan reptil lainnya karena dada penyu tidak dapat
dilembungkan.
Terdapat
2 mekanisme yang mendorong evolusi :
1. Seleksi alam, merupakan suatu proses
alam yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup
dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi atau
sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi berkurang. Hal ini terjadi
karena individu dengan sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar
bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang
mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi,
adaptasi terjadi melaui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadisecara
terus-menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
2. Hayutan genetic, merupakan sebuah
proses bebas menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi.
Hanyutan genetic dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan
diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi. Walaupun
perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan genetic dan seleksi alam kecil,
perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang subtansial pada
organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya
evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi evoluisioner.
Cabang inilah yang mengembangkan dan menguji teori-teori yang menyebabkan
evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme
hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies
berubah dari waktu ke waktu. Mekanisme yang mendorong perubahan ini menjadi
jelas ketika teori evolusi melalui seleksi alam dipublikasikan oleh
Chasles Darwin pada tahun 1859. Kemudian, pada tahun 1930 teori seleksi alam
Darwin digabungkan dengan teori Mendel membentuk Sintesis Evolusi Modern
seperti yang telah dijelaskan tadi.
Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset
yang secara terus-menerus menimbulkan pertanyaan baru, dimana hal ini telah
menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara
menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Karena kurangnya intermediet fosil,
evolusionis harus resor untuk hipotesis spekulatif untuk menyelamatkan penyu
agar sesuai ke dalam evolusi. Satu hipotesis adalah bahwa karapas penyu secara
bertahap berevolusi dari 'unsur integumen reptil primitif.
Reptil ahli Olivier Rieppel berpendapat bahwa besar 'masalah bagi ahli biologi
evolusi adalah untuk menjelaskan transformasi ini dalam konteks sebuah proses
bertahap. Rieppel berpendapat bahwa kura-kura tidak bisa berkembang dengan
proses bertahap, dan menyimpulkan bahwa mereka dapat menjadi contoh dari
'berharap monster'.
Baru-baru Gilbert dan rekan-rekannya
telah mengusulkan sebuah model teoritis embriologis yang
melibatkan gerakan dari tulang rusuk ke dalam lapisan kulit yang menyebabkan
evolusi dari cangkang penyu. Pemodelan ini, meskipun berguna, tidak dapat
menggantikan kebutuhan untuk bukti paleontologis.
Sisa-sisa fosil reptil purba yang
hidup 220 juta tahun yang lalu mungkin telah memecahkan teka-teki bagaimana
kura-kura mendapat cangkangnya dan, dalam proses, dibersihkan salah satu
misteri yang paling abadi evolusi hewan.
Ini adalah
penyu tertua seperti fosil dan cangkangnya tampaknya hanya setengah terbentuk,
menutupi perutnya tetapi meninggalkan kembali tanpa kondom nya. Para ilmuwan
percaya hal itu menunjukkan transisi evolusioner dari negara shell-kurang dari
nenek moyang penyu yang paling awal ke shell sepenuhnya terbentuk dari semua
kura-kura hidup.
Cangkang penyu adalah salah satu
struktur yang paling menarik dalam kerajaan hewan, dan ahli zoologi telah lama
berdebat tentang bagaimana rencana tubuh pelindung perangkat dan tidak biasa
bisa berevolusi dari struktur anatomi yang sudah ada sebelumnya.
Penemuan terbaru, yang dibuat oleh
palaeontolog penggalian di kaya fosil provinsi Cina Guizhou, menunjukkan bahwa
cangkang kura-kura berkembang dari pertumbuhan tulang yang berkembang dari
tulang belakang dan tulang rusuk, bukan penggabungan lempeng tulang yang
ditemukan pada kulit dari beberapa reptil .
"Sejak tahun 1800, telah
terjadi banyak hipotesis tentang asal usul kulit penyu," kata Xiao
Wu-chun, seorang paleontolog dengan Museum Alam Kanada di Ottawa, Ontario, yang
merupakan bagian dari tim peneliti. "Sekarang kami memiliki fosil-fosil
kura-kura paling awal Mereka mendukung teori bahwa shell akan dibentuk dari
bawah sebagai perpanjangan dari tulang punggung dan tulang rusuk, bukan sebagai
lempeng tulang dari kulit yang lain telah berteori.."
Kura-kura memiliki rencana tubuh
unik yang hampir tidak berubah sejak punahnya dinosaurus 65 juta tahun yang
lalu, dan shell khas khas mendefinisikan tempat dalam kerajaan hewan.
Penemuan fosil penyu paling awal
dibuat pada tahun 2005 namun deskripsi lengkap ilmiah makhluk itu dan nama -
Odontochelys semitestacea - muncul untuk pertama kalinya dalam edisi terbaru
jurnal Nature, oleh tim yang dipimpin oleh Chun Li dari Chinese Academy of
Sciences di Beijing.
"Ini adalah kura-kura pertama
dengan shell tidak lengkap," kata Olivier Rieppel dari Field Museum di
Chicago, yang juga dalam tim. "Shell adalah sebuah inovasi evolusioner
Sulit untuk menjelaskan bagaimana ia berkembang tanpa contoh menengah.."
Cangkang kura-kura dibagi menjadi dua
bagian. Para Plastron rendah meliputi bawah dan melindungi penyu berenang dari
predator menyerang dari bawah, dan karapas atas melindungi dari atas. Fosil
220-juta tahun ditemukan di Cina memiliki Plastron sepenuhnya terbentuk yang
menunjukkan bahwa makhluk itu berenang bebas dan harus dilindungi dari bawah,
tetapi tidak memiliki karapas kembali.
"Reptil yang hidup di darat
memiliki perut mereka dekat dengan tanah dengan sedikit paparan bahaya,"
kata Dr Rieppel, menjelaskan mengapa keberadaan Plastron menunjukkan bahwa
penyu kuno pastilah air penghuni. Daripada shell atas sepenuhnya terbentuk,
fosil telah diratakan tulang rusuk dan tulang punggung diperluas yang akan
memberinya perlindungan parsial. Tengkoraknya juga mengandung gigi, yang pada
keturunan kemudian akan diganti dengan paruhnya terangsang dimiliki oleh zaman
modern penyu.
Beberapa reptil, seperti buaya,
memiliki lempeng tulang di kulitnya disebut osteoderms, juga ditemukan pada
kerabat punah seperti dinosaurus. Karakteristik ini dipandang sebagai
penjelasan yang mungkin untuk kulit penyu jika mereka menyatu menjadi struktur
tunggal. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa selama perkembangan embrio tulang
punggung penyu memperluas luar dan tulang rusuk memperluas untuk bertemu dan
membentuk shell. Hal ini menunjukkan jalur alternatif evolusi yang sekarang
didukung oleh fosil yang ditemukan di Cina.
"Hewan ini memberitahu orang
melupakan leluhur kura-kura tertutup osteoderms," kata Dr Rieppel.
Penjelasan yang lebih mungkin adalah bahwa shell berevolusi dari outgrowths
dari tulang rusuk dan tulang belakang yang akhirnya menyatu untuk membentuk
shell tunggal, seperti yang mereka lakukan selama perkembangan embrio.
C. Penyu
Laut yang Telah Punah
Semua penyu laut masuk ke dalam
superfamili Chelonioidae. Superfamili ini dibagi lagi ke dalam 5 famili
kecil, yaitu : family Toxochelyidae, family Cheloniidae, family Thalassemyidae,
family Dermochelyidae dan family Protostegidae. Dari kelima
family tersebut, 3 famili telah mengalami kepunahan, yaitu family, Toxochelyidae,
Thalassemyidae dan Protostegidae. Para peneliti sampai saat ini
masih berusaha mencari fosil-fosil yang tersisa dari ketiga family tersebut.
Fosil penyu laut dari family
Protostegidae pernah ditemukan oleh para peneliti di shale Pierre, Dakota
Selatan pada tahun 1970. Penyu laut family ini diduga hidup selama era
Mesozoikum. Family Protostegidae ini
mencakup 4 genus penyu laut yang berukuran besar-besar, yaitu : Archelon,
Chelosphargis, Protostega dan Santanachelys. Salah satu yang
terbesar dan yang ditemukan oleh para peneliti di shale pierre Dakota Selatan
pada tahun 1970 adalah dari genus Archelon. Fosil Archelon
memiliki panjang lebih dari 4 meter dan sekitar 4, 87 meter lebarnya dari sirip
ke sirip. Ukuran ini adalah ukuran terbesar yang pernah ditemukan oleh para
peneliti.
Fosil penyu laut lain lagi yang pernah ditemukan para
peneliti yang diperkirakan telah hidup pada zaman Triassic adalah Eilanchelys
waldmani. Penyu ini adalah penyu tertua dan merupakan nenek moyang penyu
laut. Penyu spesies ini merupakan jenis hewan darat seperti kura-kura.. Penyu
ini berat, jalannya lambat, dipersenjatai tempurung dan tumit yang tebal.
Tempurungnya seperti kura-kura berukuran panjang 30 cm. Penyu ini tidak
memiliki sirip seperti penyu laut, tetapi penyu ini masih bisa berenang dan
penyu ini merupakan penyu perenang tertua. Fosil penyu spesies Eilanchelys
waldmani ini ditemukan di Inggris pada tahun 2008.
Masih banyak lagi sebenarnya fosil penyu laut yang telah
ditemukan peneliti. Dan sampai saat ini, para peneliti masih terus mencari
fosil-fosil yang terkubur di berbagi Negara untuk lebih mengetahui pasti
bagaimana penyu laut tersebut berevolusi dari zaman ke zaman.
D. Penyu
Laut yang Masih Hidup Sampai Sekarang
Saat ini, masih ada 7 jenis penyu
laut yang masih hidup di dunia. Enam diantaranya ada di Indonesia. Ketujuh
jenis penyu laut yang masih hidup tersebut termasuk dalam family :
1. Famili Cheloniidae
a. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
b. Penyu sisik (Eretmochelys
imbricata)
c. Penyu TempaYan (Caretta caretta)
d. Kemp Ridley (Lepidochelys kempi)
e. Penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea)
f. Penyu Pipih (Narator depressus)
2. Famili Dermochelyidae
a. Penyu belimbing (Dermochelys
coriace)
Dari ketujuh jenis Penyu laut yang ada, jenis penyu
belimbing diduga merupakan jenis penyu yang telah hidup dari sejak zaman purba
dan telah mengalami evolusi, sehingga menjadi penyu belimbing seperti yang ada
saat ini. Penyu sisik juga dikatakan oleh para peneliti merupakan penyu laut
purba yang telah hidup dari sejak zaman Jurassic di Kepulauan karibia,
Australia dan daerah sekitar Puerto rico.Secara evolusioner peneliti
beranggapan Jenis Eretmochelydae secara umum merupakan hasil evolusi dari nenek
moyang karnivora. Penyu hijau juga dikatakan oleh para peneliti merupakan jenis
penyu yang telah hidup di zaman Jurassic dan telah mengalami evolusi sampai
saat ini yang diduga berasal dari nenek moyang Herbivorous chelonii.
E.
Fakta Hewan Air yang Naik ke Darat
Tidak Bisa Transisi Menjadi Hewan Darat
Evolusionis menyatakan bahwa suatu
ketika, spesies yang hidup di air naik ke darat dan berubah menjadi spesies
darat. Ada sejumlah fakta yang sangat jelas menunjukkan kemustahilan transisi
seperti itu:
1. Keharusan membawa beban tubuh:
makhluk penghuni air membawa beban tubuh mereka tanpa masalah. Tetapi, bagi
sebagian besar binatang darat, 40% energi mereka habis hanya untuk membawa
beban tubuh mereka. Makhluk hidup yang berpindah dari air ke darat harus
mengembangkan sistem otot dan kerangka baru secara bersamaan agar dapat
memenuhi kebutuhan energi ini. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi melalui
mutasi kebetulan.
2. Daya tahan terhadap panas: suhu
daratan dapat berubah dengan cepat dan naik-turun dalam rentang yang lebar.
Makhluk hidup di darat memiliki mekanisme tubuh yang dapat menahan
perubahan-perubahan suhu yang besar itu. Akan tetapi, suhu lautan berubah
secara perlahan dan perubahan tersebut tidak terjadi dalam rentang yang terlalu
lebar. Organisme hidup dengan sistem tubuh sesuai temperatur laut yang konstan
akan membutuhkan suatu sistem perlindungan agar perubahan suhu di darat tidak
akan membahayakan. Sangat tidak masuk akal bahwa ikan mendapatkan sistem
tersebut melalui mutasi acak segera setelah mereka naik ke darat.
3. Penggunaan air: air dan kelembaban
yang penting untuk metabolisme harus digunakan sehemat mungkin karena
kelangkaan sumber air di darat. Sebagai contoh, kulit harus dirancang agar
dapat mengeluarkan air sejumlah tertentu, sekaligus mencegah penguapan
berlebihan. Karenanya, makhluk hidup di darat memiliki rasa haus karakteristik
yang tidak dimiliki organisme air. Di samping itu, kulit tubuh hewan air tidak
sesuai untuk habitat non air.
4. Ginjal: organisme air dapat dengan
mudah membuang zat-zat sisa dalam tubuh mereka (terutama amonia) dengan
penyaringan, karena banyaknya air dalam habitat mereka. Di darat, air harus
digunakan sehemat mungkin. Itulah sebabnya hewan darat memiliki sistem ginjal.
Berkat ginjal, amonia disimpan dengan cara mengubahnya menjadi urea dan hanya
membutuhkan sejumlah kecil air untuk membuangnya. Di samping itu, beberapa
sistem baru dibutuhkan untuk membuat ginjal berfungsi. Singkatnya, agar
perpindahan dari air ke darat dapat terjadi, makhluk hidup tanpa ginjal harus
membentuk sistem ginjal secara tiba-tiba.
5. Sistem pernapasan: ikan
"bernapas" dengan mengambil oksigen yang terlarut dalam air yang
mereka alirkan melewati insang. Mereka tidak mampu hidup lebih dari beberapa
menit di luar air. Agar mampu hidup di darat, mereka harus mendapatkan sistem
paru-paru yang sempurna secara tiba-tiba. Tentu saja mustahil bahwa semua
perubahan fisiologis yang dramatis ini dapat terjadi pada organisme yang sama,
pada saat bersamaan, dan secara kebetulan.
SUMBER PUSTAKA
Kimball, John. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga : Jakarta
Kami tantang para semua yang suka bermain judi online
BalasHapusdengan kemungkinan menang sangat besar.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
secara gratis.
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
PIN BB : D61E3506
Whatsapp : +85598249684
L ine : Sinidomino
judi poker