Minggu, 17 Juni 2012

Evolusi Penyu


Evolusi adalah ilmu tentang perubahan-perubahan organisme yang berangsur-angsur menuju kepada kesesuaian dengan waktu dan tempat. Dari definisi tersebut, evolusi tidak akan pernah membuktikan bagaimana kera berubah menjadi manusia. Evolusi bukan proses perubahan dari suatu organisme (spesies) ke organisme (spesies) yang lain. Evolusi merupakan perubahan frekuensi alel suatu populasi per satuan waktu. Menurut teori evolusi, kera mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat dengan manusia. Teori evolusi tidak menerangkan bahwa kera adalah nenek moyang langsung dari manusia. Pada dasarnya, teori evolusi menjelaskan bahwa perubahan frekuensi alel dari suatu populasi merupakan proses evolusi. Dengan demikian, semua organisme berevolusi dari waktu ke waktu. Pada zaman Aristoteles hingga zaman Linnaeus, suatu spesies dianggap tetap, tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Akan tetapi, setelah teori evolusi muncul, pendapat itu berubah. Suatu populasi organisme berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi lingkungannya (seleksi alami).


Gagasan mengenai teori evolusi, dimulai oleh seorang naturalis berkebangsaan Inggris bernama Charles Darwin. Pemikirannya mulai muncul setelah ia menerima tawaran dari Angkatan Laut Inggris untuk berkelana mengelilingi dunia menggunakan kapal layar HMS Beagle selama 5 tahun tanpa bayaran. Suatu saat di akhir tahun 1835, rombongan kapal ini mendarat di sebuah pulau di Amerika Selatan yang dikenal dengan nama Pulau Galapagos. Selama tiga minggu di pulau ini, Darwin telah banyak mengambil sampel tumbuhan, reptil, dan hewan-hewan lainnya. Hal yang paling mengesankan bagi Darwin adalah adanya burung-burung dari famili Fringilidae yang memiliki paruh dengan bentuk yang beraneka ragam. Variasi yang dimiliki burung tersebut ternyata tidak hanya terlihat pada bentuk paruhnya saja, tetapi juga dari jenis makanannya. Setiap jenis makanan ternyata telah menjadi makanan utama bagi salah satu jenis burung famili Fringilidae ini.
1.        Teori Darwin
Darwin juga menemukan bahwa hanya sedikit burung jenis lain selain family Fringilidae yang terdapat di pulau tersebut.Setelah pulang kembali ke Inggris, Darwin menemukan permasalahan dalam menjelaskan mengapa setiap daerah yang dia kunjungi memiliki keanekaragaman yang berbeda. Hal yang selalu paling membuatnya tertarik adalah kenyataan mengenai bentuk-bentuk paruh dari burung finch yang dia temukan di Pulau Galapagos. Gagasan tentang asal-usul organisme ini ternyata tidak dikemukakan oleh Darwin seorang. Seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris lainnya, yakni Alfred Russel Wallace juga menyatakan hal yang sama mengenai konsep asal-usul organisme.
Dalam bukunya yang berjudul ”The Orgin of Species by Means of Natural Selection,” Charles Darwin mengungkapkan teorinya mengenai evolusi. Pokok utama dari teori Darwin tersebut adalah sebagai berikut:
a.         Perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu organisme disebabkan oleh seleksi alami (natural selection).
b.         ”Survival of the fittest”, artinya siapa yang paling kuat dia akan bertahan. Darwin mengemukakan bahwa individu yang kuat akan bertahan dan akan mewariskan sifat ke generasi berikutnya.
c.         ”Struggle for existance”, artinya berjuang keras untuk bertahan hidup. Individu yang tidak dapat bertahan akan mati dan terjadi kepunahan, sedangkan yang bertahan akan melanjutkan hidupnya dan bereproduksi.

2.        Teori Lanmarck
Bisa dibilang, evolusi penyu adalah cerita mudah diikuti: rencana penyu dasar tubuh muncul sangat awal dalam sejarah kehidupan (selama periode Triassic akhir), dan telah berlangsung cukup banyak berubah hingga hari ini, dengan variasi biasa dalam ukuran, habitat dan ornamentasi. Seperti jenis lain sebagian besar hewan, meskipun, pohon evolusi penyu termasuk pangsa rantai yang hilang (beberapa teridentifikasi, beberapa tidak), mulai palsu, dan berumur pendek episode gigantisme.

3.        Teori Weismann
Orang yang mengemukakan teori ini adalah August Weismann (1834–1914). Weismann adalah seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman. Dalam teorinya dinyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor genetis.2. Perdebatan Ilmuwan Tentang Evolusi, banyaknya ahli yang mengajukan teori-teori evolusinya, menimbulkan pertentangan pendapat di antara ilmuwan-ilmuwan tersebut. Hasil pengamatan setiap ilmuwan berbeda. Hal tersebut dapat dipahami karena teori evolusi yang dikemukakan hanya didasarkan atas pengamatan bukti-bukti evolusi, bukan berdasarkan eksperimen di laboratorium sehingga hasilnya belum pasti.

4.        Gabungan Teori
a.         Teori Lanmark dan Darwin
Lamarck mengemukakan bahwa jerapah berleher panjang karena kebiasaan menjulurkan lehernya terus-menerus untuk mencari makanan di pohon yang tinggi. Darwin membantahnya dengan mengemukakan bahwa jerapah yang berleher panjang dan jerapah yang berleher pendek sudah ada sebelumnya. Seleksi alam menyebabkan jerapah berleher pendek punah dan menyisakan jerapah yang berleher panjang.
b.         Teori Lanmarck dan Weismann
Teori yang dikemukakan oleh Lamarck juga dibantah oleh Weismann. Weismann menyanggah teori Lamarck ini dengan melakukan percobaan pemotongan ekor tikus dan mengawinkan sesamanya selama 22 generasi. Ternyata setiap generasi tidak pernah menghasilkan tikus yang berekor pendek. Generasi tikus yang ke-23 tetap berekor panjang. Dengan berbekal informasi ini, Weismann menggugurkan teori yang diajukan oleh Lamarck. Weismann mengungkapkan bahwa pengaruh genetis merupakan faktor lain yang menyebabkan adanya variasi. Hal ini ia temukan pada saat mengamati proses pembelahan sel. Faktor genetis inilah yang kemudian diwariskan kepada keturunannya.
c.         Teori Darwin dan Weismann
Sebenarnya, teori yang dikemukakan oleh kedua tokoh ini tidak bertentangan. Teori Weismann bahkan lebih menjelaskan teori seleksi alam yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Weismann berpendapat bahwa perubahan sel tubuh akibat pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan. Proses evolusi akan terjadi jika ada perubahan pada sel kelamin. Perbedaannya dengan Darwin adalah Darwin berpendapat bahwa evolusi terjadi melalui seleksi alam. Adapun Weismann, mengatakan bahwa evolusi merupakan gejala seleksi alam terhadap faktor genetis.

B.       Evolusi Penyu
1.        Penyu atau Kura-Kura
Penyu laut  merupakan hewan reptilia yang langka. Penyu laut saat ini telah menjadi hewan yang sangat dilindungi karena jumlahnya di muka bumi ini yang hampir punah. Kehidupan penyu lautpun sampai saat ini masih menjadi sebuah misteri. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, perlahan-lahan kehidupan penyu laut pun mulai diketahui.  Para ilmuwan dan peneliti meyakini bahwa penyu laut merupakan hewan purba yang telah ada sejak zaman dinosaurus. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya fosil-fosil hewan purba yang menyerupai bentuk penyu di beberapa negara.
Penyu diperkirakan telah hidup sejak zaman Triassic (250 – 210 tahun yang lalu). Zaman Triassic ini merupakan zaman dimana Dinosaurus dan reptilia laut mulai muncul dan reptilia yang menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertama pun mulai muncul pada zaman ini. Benua Pangea bergerak ke Utara dan gurun. mulai terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pange.
Penyu yang diperkirakan hidup pada zaman Triasic merupakan jenis hewan darat seperti kura-kura. Penyu yang ada pada zaman itu diduga merupakan nenek moyang penyu laut, dimana penyu tersebut merupakan transisi antar penyu primitive dan penyu perenang.
Dari hasil penemuan sebuah fosil hewan purba yang menyerupai penyu, diduga penyu mulai menjalani kehidupan hampir sepenuhnya di air sejak 180 – 160 juta tahun yang lalu. Dimana, pada saat itu diperkirakan telah memasuki zaman Jurassic yaitu zaman setelah zaman Triassic. Penyu mulai menghabiskan hidupnya hampir sepenuhnya di laut diperkirakan karena pada zaman Jurassic ini  banyak Dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa dan Dinosaurus sepenuhnya mengusai muka bumi. Selain itu, diduga juga karena pakan di darat mulai sulit di dapat dan pada saat itu dan  bentuk Pangea sudah  terpecah sehingga pada saat zaman itu sudah terdapat  danau-danau dan lautan purba yang luas.
Seiring dengan berjalannya waktu, perubahan dari zaman ke zaman menyebabkan penyu menjadi hewan laut yang seperti kita kenal sekarang. Jenis-jenis penyu perlahan-lahan mulai berkurang jumlahnya. Hal ini diduga diakibatkan karena perubahan kondisi alam yang terkadang tidak mendukung kehidupan penyu  dan perburuan predator air yang semakin ganas, sehingga penyu yang berukuran  besar sering dijadikan mangsa. Beberapa penyu diduga mengalami evolusi dan menghasilkan penyu laut yang ada seperti sekarang ini.
Penyu laut seperti hewan purba lainnya diduga mengalami seleksi alam secara perlahan. Pada jaman dahulu diperkirakan ada banyak jenis penyu laut yang hidup. Tapi, karena adanya banyak perubahan yang terjadi di muka bumi ini, keberadaan penyu lautpun secara perlahan  mulai berkurang dan mengalami kepunahan akibat dari seleksi alam. Beberapa jenis penyu laut yang masih hidup sampai saat ini diperkirakan merupakan jenis penyu laut yang telah mengalami evolusi dan mampu bertahan hidup melewati seleksi alam.
2.        Persebaran Penyu
Di Indonesia, jumlah penyu laut yang ada diperkirakan sangat banyak dan terdapat 6 jenis penyu  dari 7 jenis penyu yang ada di dunia. Hal ini dikarenakan karena Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki iklim tropis. Selain itu di Indonesia juga banyak terdapat pantai yang cocok untuk dijadikan pantai peneluran penyu laut dan daerah mencari pakan.
Seluruhnya, diperkirakan terdapat sekitar 260 spesies kura-kura dari 12-14 suku (familia) yang masih hidup di pelbagai bagian dunia. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 45 jenis dari sekitar 7 suku kura-kura dan penyu. Suku-suku tersebut dan beberapa contohnya:
a.         Anak bangsa Pleurodira
1)        Chelidae, kura-kura leher ular
Suku ini dinamai demikian karena kebanyakan anggotanya memiliki leher yang panjang. Karena tak dapat ditarik masuk, kepala kura-kura ini hanya dilipat menyamping di sisi tubuhnya di bawah lindungan pinggiran tempurung badannya. Suku kura-kura leher ular menyebar terutama di Papua dan Australia serta pulau-pulau di sekitarnya, dan di Amerika Selatan. Di luar tempat-tempat tersebut ditemukan pula di Pulau Rote, Nusa Tenggara. Habitat kura-kura ini adalah perairan tawar. Beberapa jenisnya yang ada di Indonesia, di antaranya:
a)    Kura-kura rote (Chelodina mccordi)
b)   Kura-kura papua (Chelodina novaeguineae)
c)    Kura-kura perut putih (Elseya branderhosti)
2)        Pelomedusidae
Seperti kerabat terdekatnya, Chelidae, anggota suku ini merupakan kura-kura air tawar. Kura-kura ini hidup di Amerika Selatan, Afrika dan Madagaskar dan tidak didapati di Indonesia.
b.         Anak bangsa Cryptodira
1)        Cheloniidae, penyu
Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika bertelur, penyu boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan lubang hidungnya yang berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi yang sempurna untuk kehidupan laut. Penyu tersebar luas di samudera-samudera di seluruh dunia. Dari tujuh spesies anggota suku ini, enam di antaranya ditemukan di Indonesia. Beberapa contohnya adalah:
a)        Penyu hijau (Chelonia mydas)
b)        Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
2)        Dermochelyidae, penyu belimbing
Suku penyu ini hanya memiliki satu anggota saja, yakni penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah dingin, penyu ini merupakan kura-kura terbesar yang masih hidup. Panjang tubuhnya (panjang karapas) dapat mencapai 3 m, meski umumnya hanya sekitar 1.5 m atau kurang, dan beratnya mendekati 1 ton.
3)        Chelydridae
Suku ini terdiri dari kura-kura air tawar berekor panjang dan berkepala besar, yang menyebar di Amerika. Dengan perkecualian satu marga anggotanya (Platysternon) yang menyebar di Tiongkok dan Indochina. Beberapa ahli memasukkan Platysternon ke dalam suku tersendiri, Platysternidae.
4)        Kinosternidae
Yakni suku kura-kura air tawar kecil dari Amerika bagian tengah. Hewan yang mampu mengeluarkan bau tak enak ini tidak terdapat di Indonesia.
5)        Dermatemyidae
Juga menyebar terbatas di Amerika Tengah. Dermatemys berukuran relatif besar dan hidup di sungai-sungai.
6)        Carettochelyidae, labi-labi moncong babi
Suku ini hanya memiliki satu anggota yang hidup, yakni labi-labi moncong babi (Carettochelys insculpta). Lainnya telah punah dan hanya ditemukan dalam bentuk fosil. Labi-labi ini menyebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara.
7)        Trionychidae, labi-labi
Menyebar luas di Amerika utara, (Eropa), Afrika dan Asia, ini adalah suku labi-labi yang paling banyak jenisnya. Di Australia, suku ini hanya tinggal berupa fosil. Beberapa contohnya dari Indonesia adalah:
d)       Bulus (Amyda cartilaginea)
e)        Manlai alias labi-labi bintang (Chitra chitra)
f)         Labi-labi hutan (Dogania subplana)
g)        Labi-labi irian (Pelochelys bibroni)
h)        Antipa, labi-labi raksasa (Pelochelys cantori)
8)        Emydidae
Ini adalah suku kura-kura akuatik dan semi akuatik yang hidup di air tawar di Eropa, Asia dan terutama di Amerika. Emydidae merupakan salah satu suku kura-kura terbesar dari segi jumlah anggotanya. Tidak ada spesiesnya di Indonesia kecuali dalam bentuk hewan introduksi sebagai hewan peliharaan. Salah satu contohnya yang banyak dipelihara di Indonesia adalah kura-kura telinga merah (Trachemys scripta).
9)        Geoemydidae
Merupakan suku kura-kura yang terbanyak anggotanya, Geoemydidae (dahulu disebut Bataguridae) terutama menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu, anggota suku ini juga ditemukan di Afrika bagian utara, Erasia dan Amerika tropis. Ini adalah suku kura-kura air tawar yang terutama hidup di sungai-sungai, meskipun sering pula ditemui di daratan. Di Indonesia terdapat sekitar 11 jenisnya. Di antaranya:
a)      Biuku (Batagur baska)
b)      Beluku atau tuntong (Callagur borneoensis)
c)      Kuya batok (Cuora amboinensis)


10)    Testudinidae, kura-kura darat sejati
Adalah suku kura-kura darat dengan banyak anggota yang tersebar luas di seluruh dunia. Kura-kura raksasa dari Kepulauan Galapagos dan kura-kura darat berumur panjang dari Kep. Seychelles di atas termasuk ke dalam suku ini. Dua anggotanya terdapat di Indonesia:
a)        Baning sulawesi (Indotestudo forsteni)
b)        Baning coklat (Manouria emys)
c.         Anak bangsa Paracryptodira (Telah punah)
Kura-kura adalah hewan ideal untuk menguji ide-ide evolusi karena beberapa struktur mereka yang paling unik, seperti kerang keras, melestarikan sangat baik dalam catatan fosil. Yang juga membuat calon penyu sempurna untuk mempelajari evolusi adalah bahwa rencana tubuh mereka adalah unik di antara tetrapoda, dan akan memerlukan 'beberapa perubahan luar biasa dalam kerangka dan organ internal' karena mereka berevolusi dari tetrapoda khas. Contohnya adalah bahwa skapula vertebrata berada di luar tulang rusuk, tetapi dalam penyu skapula, tulang humerus dan beberapa lainnya adalah semua bagian dalam tulang rusuk. Selain itu, pernapasan sangat berbeda dibandingkan dengan reptil lainnya karena dada penyu tidak dapat dilembungkan.

Terdapat 2 mekanisme yang mendorong evolusi :
1.        Seleksi alam, merupakan suatu proses alam yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi atau  sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melaui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadisecara terus-menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
2.        Hayutan genetic, merupakan sebuah proses bebas menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetic dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi. Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan genetic dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang subtansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru.

Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi evoluisioner. Cabang inilah yang mengembangkan dan menguji teori-teori yang menyebabkan evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Mekanisme yang mendorong perubahan ini menjadi jelas ketika teori evolusi melalui seleksi alam dipublikasikan  oleh Chasles Darwin pada tahun 1859. Kemudian, pada tahun 1930 teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori Mendel membentuk  Sintesis Evolusi Modern seperti yang telah dijelaskan tadi.
Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus-menerus menimbulkan pertanyaan baru, dimana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Karena kurangnya intermediet fosil, evolusionis harus resor untuk hipotesis spekulatif untuk menyelamatkan penyu agar sesuai ke dalam evolusi. Satu hipotesis adalah bahwa karapas penyu secara bertahap berevolusi dari 'unsur integumen reptil primitif. Reptil ahli Olivier Rieppel berpendapat bahwa besar 'masalah bagi ahli biologi evolusi adalah untuk menjelaskan transformasi ini dalam konteks sebuah proses bertahap. Rieppel berpendapat bahwa kura-kura tidak bisa berkembang dengan proses bertahap, dan menyimpulkan bahwa mereka dapat menjadi contoh dari 'berharap monster'.
Baru-baru Gilbert dan rekan-rekannya telah mengusulkan sebuah model teoritis embriologis yang melibatkan gerakan dari tulang rusuk ke dalam lapisan kulit yang menyebabkan evolusi dari cangkang penyu. Pemodelan ini, meskipun berguna, tidak dapat menggantikan kebutuhan untuk bukti paleontologis.
Sisa-sisa fosil reptil purba yang hidup 220 juta tahun yang lalu mungkin telah memecahkan teka-teki bagaimana kura-kura mendapat cangkangnya dan, dalam proses, dibersihkan salah satu misteri yang paling abadi evolusi hewan.
Ini adalah penyu tertua seperti fosil dan cangkangnya tampaknya hanya setengah terbentuk, menutupi perutnya tetapi meninggalkan kembali tanpa kondom nya. Para ilmuwan percaya hal itu menunjukkan transisi evolusioner dari negara shell-kurang dari nenek moyang penyu yang paling awal ke shell sepenuhnya terbentuk dari semua kura-kura hidup.
Cangkang penyu adalah salah satu struktur yang paling menarik dalam kerajaan hewan, dan ahli zoologi telah lama berdebat tentang bagaimana rencana tubuh pelindung perangkat dan tidak biasa bisa berevolusi dari struktur anatomi yang sudah ada sebelumnya.
Penemuan terbaru, yang dibuat oleh palaeontolog penggalian di kaya fosil provinsi Cina Guizhou, menunjukkan bahwa cangkang kura-kura berkembang dari pertumbuhan tulang yang berkembang dari tulang belakang dan tulang rusuk, bukan penggabungan lempeng tulang yang ditemukan pada kulit dari beberapa reptil .
"Sejak tahun 1800, telah terjadi banyak hipotesis tentang asal usul kulit penyu," kata Xiao Wu-chun, seorang paleontolog dengan Museum Alam Kanada di Ottawa, Ontario, yang merupakan bagian dari tim peneliti. "Sekarang kami memiliki fosil-fosil kura-kura paling awal Mereka mendukung teori bahwa shell akan dibentuk dari bawah sebagai perpanjangan dari tulang punggung dan tulang rusuk, bukan sebagai lempeng tulang dari kulit yang lain telah berteori.."
Kura-kura memiliki rencana tubuh unik yang hampir tidak berubah sejak punahnya dinosaurus 65 juta tahun yang lalu, dan shell khas khas mendefinisikan tempat dalam kerajaan hewan.
Penemuan fosil penyu paling awal dibuat pada tahun 2005 namun deskripsi lengkap ilmiah makhluk itu dan nama - Odontochelys semitestacea - muncul untuk pertama kalinya dalam edisi terbaru jurnal Nature, oleh tim yang dipimpin oleh Chun Li dari Chinese Academy of Sciences di Beijing.
"Ini adalah kura-kura pertama dengan shell tidak lengkap," kata Olivier Rieppel dari Field Museum di Chicago, yang juga dalam tim. "Shell adalah sebuah inovasi evolusioner Sulit untuk menjelaskan bagaimana ia berkembang tanpa contoh menengah.."
Cangkang kura-kura dibagi menjadi dua bagian. Para Plastron rendah meliputi bawah dan melindungi penyu berenang dari predator menyerang dari bawah, dan karapas atas melindungi dari atas. Fosil 220-juta tahun ditemukan di Cina memiliki Plastron sepenuhnya terbentuk yang menunjukkan bahwa makhluk itu berenang bebas dan harus dilindungi dari bawah, tetapi tidak memiliki karapas kembali.
"Reptil yang hidup di darat memiliki perut mereka dekat dengan tanah dengan sedikit paparan bahaya," kata Dr Rieppel, menjelaskan mengapa keberadaan Plastron menunjukkan bahwa penyu kuno pastilah air penghuni. Daripada shell atas sepenuhnya terbentuk, fosil telah diratakan tulang rusuk dan tulang punggung diperluas yang akan memberinya perlindungan parsial. Tengkoraknya juga mengandung gigi, yang pada keturunan kemudian akan diganti dengan paruhnya terangsang dimiliki oleh zaman modern penyu.
Beberapa reptil, seperti buaya, memiliki lempeng tulang di kulitnya disebut osteoderms, juga ditemukan pada kerabat punah seperti dinosaurus. Karakteristik ini dipandang sebagai penjelasan yang mungkin untuk kulit penyu jika mereka menyatu menjadi struktur tunggal. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa selama perkembangan embrio tulang punggung penyu memperluas luar dan tulang rusuk memperluas untuk bertemu dan membentuk shell. Hal ini menunjukkan jalur alternatif evolusi yang sekarang didukung oleh fosil yang ditemukan di Cina.
"Hewan ini memberitahu orang melupakan leluhur kura-kura tertutup osteoderms," ​​kata Dr Rieppel. Penjelasan yang lebih mungkin adalah bahwa shell berevolusi dari outgrowths dari tulang rusuk dan tulang belakang yang akhirnya menyatu untuk membentuk shell tunggal, seperti yang mereka lakukan selama perkembangan embrio.

C.      Penyu Laut yang Telah Punah
Semua penyu laut masuk ke dalam superfamili Chelonioidae. Superfamili ini dibagi lagi ke dalam 5 famili kecil, yaitu : family Toxochelyidae, family Cheloniidae, family Thalassemyidae, family Dermochelyidae dan family Protostegidae. Dari kelima family tersebut, 3 famili telah mengalami kepunahan, yaitu family, Toxochelyidae, Thalassemyidae dan Protostegidae. Para peneliti sampai saat ini masih berusaha mencari fosil-fosil yang tersisa dari ketiga family tersebut.
Fosil penyu laut dari family Protostegidae pernah ditemukan oleh para peneliti di shale Pierre, Dakota Selatan pada tahun 1970. Penyu laut family ini diduga hidup selama era Mesozoikum. Family Protostegidae ini mencakup 4 genus penyu laut yang berukuran besar-besar, yaitu : Archelon, Chelosphargis, Protostega dan Santanachelys. Salah satu yang terbesar dan yang ditemukan oleh para peneliti di shale pierre Dakota Selatan pada tahun 1970 adalah dari genus Archelon. Fosil Archelon memiliki panjang lebih dari 4 meter dan sekitar 4, 87 meter lebarnya dari sirip ke sirip. Ukuran ini adalah ukuran terbesar yang pernah ditemukan oleh para peneliti.

Fosil penyu laut lain lagi yang pernah ditemukan para peneliti  yang diperkirakan telah hidup pada zaman Triassic adalah Eilanchelys waldmani. Penyu ini adalah penyu tertua dan merupakan nenek moyang penyu laut. Penyu spesies ini merupakan jenis hewan darat seperti kura-kura.. Penyu ini berat, jalannya lambat, dipersenjatai tempurung dan tumit yang tebal. Tempurungnya seperti kura-kura berukuran panjang 30 cm. Penyu ini tidak memiliki sirip seperti penyu laut, tetapi penyu ini masih bisa berenang dan penyu ini merupakan penyu perenang tertua. Fosil penyu spesies Eilanchelys waldmani ini ditemukan di Inggris pada tahun 2008.
Masih banyak lagi sebenarnya fosil penyu laut yang telah ditemukan peneliti. Dan sampai saat ini, para peneliti masih terus mencari fosil-fosil yang terkubur di berbagi Negara untuk lebih mengetahui pasti bagaimana penyu laut tersebut berevolusi dari zaman ke zaman. 

D.      Penyu Laut yang Masih Hidup Sampai Sekarang
Saat ini, masih ada 7 jenis penyu laut yang masih hidup di dunia. Enam diantaranya ada di Indonesia. Ketujuh jenis penyu laut yang masih hidup tersebut termasuk dalam family :
1.        Famili Cheloniidae
a.         Penyu Hijau (Chelonia mydas)
b.         Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
c.         Penyu TempaYan (Caretta caretta)
d.         Kemp Ridley (Lepidochelys kempi)
e.         Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
f.          Penyu Pipih (Narator depressus)
2.        Famili Dermochelyidae
a.         Penyu belimbing (Dermochelys coriace)
Dari ketujuh jenis Penyu laut yang ada, jenis penyu belimbing diduga merupakan jenis penyu yang telah hidup dari sejak zaman purba dan telah mengalami evolusi, sehingga menjadi penyu belimbing seperti yang ada saat ini. Penyu sisik juga dikatakan oleh para peneliti merupakan penyu laut purba yang telah hidup dari sejak zaman Jurassic di Kepulauan karibia, Australia dan daerah sekitar Puerto rico.Secara evolusioner peneliti beranggapan Jenis Eretmochelydae secara umum merupakan hasil evolusi dari nenek moyang karnivora. Penyu hijau juga dikatakan oleh para peneliti merupakan jenis penyu yang telah hidup di zaman Jurassic dan telah mengalami evolusi sampai saat ini yang diduga berasal dari nenek moyang Herbivorous chelonii.


E.       Fakta Hewan Air yang Naik ke Darat Tidak Bisa Transisi Menjadi Hewan Darat
Evolusionis menyatakan bahwa suatu ketika, spesies yang hidup di air naik ke darat dan berubah menjadi spesies darat. Ada sejumlah fakta yang sangat jelas menunjukkan kemustahilan transisi seperti itu:
1.        Keharusan membawa beban tubuh: makhluk penghuni air membawa beban tubuh mereka tanpa masalah. Tetapi, bagi sebagian besar binatang darat, 40% energi mereka habis hanya untuk membawa beban tubuh mereka. Makhluk hidup yang berpindah dari air ke darat harus mengembangkan sistem otot dan kerangka baru secara bersamaan agar dapat memenuhi kebutuhan energi ini. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi melalui mutasi kebetulan.
2.        Daya tahan terhadap panas: suhu daratan dapat berubah dengan cepat dan naik-turun dalam rentang yang lebar. Makhluk hidup di darat memiliki mekanisme tubuh yang dapat menahan perubahan-perubahan suhu yang besar itu. Akan tetapi, suhu lautan berubah secara perlahan dan perubahan tersebut tidak terjadi dalam rentang yang terlalu lebar. Organisme hidup dengan sistem tubuh sesuai temperatur laut yang konstan akan membutuhkan suatu sistem perlindungan agar perubahan suhu di darat tidak akan membahayakan. Sangat tidak masuk akal bahwa ikan mendapatkan sistem tersebut melalui mutasi acak segera setelah mereka naik ke darat.
3.        Penggunaan air: air dan kelembaban yang penting untuk metabolisme harus digunakan sehemat mungkin karena kelangkaan sumber air di darat. Sebagai contoh, kulit harus dirancang agar dapat mengeluarkan air sejumlah tertentu, sekaligus mencegah penguapan berlebihan. Karenanya, makhluk hidup di darat memiliki rasa haus karakteristik yang tidak dimiliki organisme air. Di samping itu, kulit tubuh hewan air tidak sesuai untuk habitat non air.
4.        Ginjal: organisme air dapat dengan mudah membuang zat-zat sisa dalam tubuh mereka (terutama amonia) dengan penyaringan, karena banyaknya air dalam habitat mereka. Di darat, air harus digunakan sehemat mungkin. Itulah sebabnya hewan darat memiliki sistem ginjal. Berkat ginjal, amonia disimpan dengan cara mengubahnya menjadi urea dan hanya membutuhkan sejumlah kecil air untuk membuangnya. Di samping itu, beberapa sistem baru dibutuhkan untuk membuat ginjal berfungsi. Singkatnya, agar perpindahan dari air ke darat dapat terjadi, makhluk hidup tanpa ginjal harus membentuk sistem ginjal secara tiba-tiba.
5.        Sistem pernapasan: ikan "bernapas" dengan mengambil oksigen yang terlarut dalam air yang mereka alirkan melewati insang. Mereka tidak mampu hidup lebih dari beberapa menit di luar air. Agar mampu hidup di darat, mereka harus mendapatkan sistem paru-paru yang sempurna secara tiba-tiba. Tentu saja mustahil bahwa semua perubahan fisiologis yang dramatis ini dapat terjadi pada organisme yang sama, pada saat bersamaan, dan secara kebetulan.


SUMBER PUSTAKA


Kimball, John. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga : Jakarta




1 komentar:

  1. Kami tantang para semua yang suka bermain judi online
    dengan kemungkinan menang sangat besar.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    secara gratis.
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    PIN BB : D61E3506
    Whatsapp : +85598249684
    L ine : Sinidomino
    judi poker

    BalasHapus