Pada orang sehat, parasit tokso tidak
berdampak apa-apa. Lain halnya pada ibu hamil. Jika tidak keguguran,
maka janin yang lahir akan terancam cacat.Sering mendengar, kan, ibu
hamil yang keguguran atau bayinya cacat akibat terinfeksi toksoplasma.
Sebenarnya, ungkap dr. Indra Anwar, Sp.OG, infeksi tokso bisa menyerang
siapa saja. Baik laki-laki maupun perempuan bisa terkena parasit yang
populer disebut Toxoplasma gondii ini. Data statistik pun menunjukkan,
hampir sepertiga penduduk dunia, baik laki-laki maupun perempuan
terinfeksi toksoplasma. Awalnya, penyakit ini ditemukan pada seekor
rodensial (hewan pengerat) di Tunisia tahun 1908. Sedangkan pada manusia
baru ditemukan di Cekoslovakia pada tahun 1923.
Diungkapkan oleh Indra, bagi orang normal dan sehat, infeksi tokso
tidak menimbulkan gangguan berarti. Kondisinya yang selalu “tidur”
memungkinkan hal itu. Dokter dari RS Bunda Jakarta ini lantas
mengungkapkan, meski begitu parasit tokso memiliki sifat oportunis. Jika
daya tahan tubuh orang yang didiaminya kuat, adanya virus ini memang
tidak mengakibatkan gangguan berarti. Barulah ketika daya tahan tubuh
lemah, virus tokso akan menimbulkan bahaya. Itulah mengapa, infeksi
tokso bisa muncul kapan saja. Juga, tak ada jaminan bahwa seseorang yang
sudah divonis bebas tokso, tiga bulan lagi akan tetap bebas dari virus
tersebut.
Di dalam tubuh, parasit ini akan merusak sel-sel berinti, termasuk
sel telur. Pada wanita, bisa saja sel telurnya yang sudah matang dan
siap dibuahi dirusak oleh parasit toksoplasma, sehingga kehamilan sulit
terjadi. Selanjutnya, jika infeksi ini terjadi pada ibu hamil, selain
keguguran, toksoplasmosis dapat mengakibatkan cacat pada janin. Kalaupun
bayi bisa lahir dalam keadaan hidup, umumnya diiringi berbagai gangguan
dan cacat bawaan seperti hidrosefalus atau mikrosefalus, juga gangguan
penglihatan.
Dampak dari infeksi tersebut ada yang bisa dilihat begitu bayi dilahirkan, ada juga yang lama setelah lahir. Jadi, bisa saja pada saat dilahirkan bayi tampak sehat, tetapi kemudian dalam perkembangannya muncul gejala-gejala kelainan mata seperti korioretinis (gangguan penglihatan) dan strabismus (juling), atau hidrosefalus (penumpukan cairan dalam rongga otak), dan kejang.
Dampak dari infeksi tersebut ada yang bisa dilihat begitu bayi dilahirkan, ada juga yang lama setelah lahir. Jadi, bisa saja pada saat dilahirkan bayi tampak sehat, tetapi kemudian dalam perkembangannya muncul gejala-gejala kelainan mata seperti korioretinis (gangguan penglihatan) dan strabismus (juling), atau hidrosefalus (penumpukan cairan dalam rongga otak), dan kejang.
Yang jelas, sekitar 40% ibu hamil berisiko terkena infeksi
toksoplasma. Semakin dini toksoplasma menyerang, semakin besar dampak
yang ditimbulkan pada janin. Contohnya, jika ibu hamil terinfeksi
parasit tokso di trimester pertama, kemungkinan bahwa janin akan
terinfeksi mencapai 17 persen. Sekitar 60 persen dari janin yang
terinfeksi tersebut mengalami toksoplasmosis berat dan 40 persennya
ringan. Jika parasit ini menyerang di trimester II, maka peluang terkena
infeksi sebesar 24 persen, dimana sekitar 30 persennya mengalami
toksoplasmosis berat. Terakhir, jika parasit tokso menyerang di
trimester III, kemungkinan bayi terinfeksi 62 persen, tetapi dari jumlah
tersebut tidak ada satu pun yang menderita toksoplasmosis berat.
Artinya, meskipun ibu positif, maka janinnya belum tentu.
Bila parasit sampai menginfeksi janin, berarti proses tersebut
berlangsung secara kongenital. Dari tubuh ibu, parasit disalurkan
melalui plasenta ke tubuh janin. Lalu, Toxoplasma gondii merambah ke
otak dan saraf janin tanpa ada perlawanan karena parasit ini masuk
sebelum antibodi janin mampu memusnahkannya.
LEWAT MAKANAN DAN HEWAN
PENULARAN infeksi toksoplasma, menurut Indra dibedakan ke dalam tiga
macam tahap atau cara. Pertama, lewat makanan seperti daging, buah, atau
sayur yang telah terpapar parasit tokso. Kedua, lewat transfusi darah.
Ketiga, lewat transplantasi organ tubuh.
Perlu diketahui, hewan kucing merupakan induk semang definitif dari
virus toksoplasma. Di dalam usus kucinglah parasit tokso berkembang
biak. Telur-telur tokso yang berjumlah jutaan akan keluar bersama tinja
kucing. “Jumlahnya bisa mencapai 10 juta telur sehari. Jika telur
tertelan oleh kita, ia akan tumbuh dan berkembang biak, lalu masuk ke
jaringan otak, jantung, dan otot. Di sana telur akan berkembang menjadi
kista.”
Di alam terbuka, telur parasit tokso dapat bertahan sampai
berbulan-bulan, terutama di tanah yang lembap. Penyebaran akan lebih
parah jika kucing bebas berkeliaran masuk rumah, termasuk untuk membuang
kotorannya. Nah, tanah yang tercemari kotoran kucing dan mengandung
kista toksoplasma, nantinya dapat saja menularkan infeksi pada makanan
atau binatang lain, seperti tikus. Jika tikus itu mengacak-acak makanan
dan buah-buahan di dapur, maka makanan itu pun akan tercemar parasit
ini.
Tanah juga bisa menjadi sarana penularan infeksi bagi binatang
piaraan lain, seperti kambing, sapi, dan babi. Anak-anak yang biasa
bermain di tanah pun dapat terinfeksi, bila tanah tersebut tercemar
kotoran kucing yang telah terinfeksi tokso.
MATI BILA DIPANASKAN
Parasit ini memiliki daya kerja yang unik. Jika sudah masuk ke dalam
tubuh binatang, maka kistanya akan terselip di antara serat-serat daging
dan ikut masuk ke dalam tubuh manusia melalui usus. Dari usus, tokso
kemudian menyebar ke seluruh tubuh, melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening.
Dengan begitu, toksoplasma tidak hanya menginfeksi kucing, tetapi
juga kelinci, anjing, babi, burung, kambing, dan hewan lainnya. Bedanya,
kista toksoplasma dalam daging manusia bukan merupakan sumber
penularan. Itu sebabnya manusia bisa diserang parasit ini meski tidak
semua pemakan daging terkena toksoplasmosis.
Sebagai gambaran, penelitian yang dilakukan oleh Dr. dr. Adi Priyana,
Sp.PK, yang dimuat harian Kompas, 1 Oktober 2003, juga menyimpulkan,
ayam buras (ayam kampung) di Indonesia banyak yang terpajan toksoplasma,
dan jantung ayam merupakan salah satu tempat melekatnya Toxoplasma
gondii. “Namun, ibu-ibu tak perlu kelewat khawatir, karena parasit tokso
akan mati bila daging itu dimasak dengan matang di atas 67 derajat
Celcius,” ungkap Indra.
PENGOBATAN YANG AMAN
JIKA calon ibu terdeteksi menderita tokso, maka dokter akan melakukan
pengobatan dengan cara memberikan obat antibiotik yang tepat, yang
cocok dan aman buat ibu hamil. “Meski ada efek sampingnya, biasanya
dokter juga akan mempertimbangkan sejauh mana manfaat dan mudarat
pemberian obat itu. Jika manfaatnya lebih banyak, maka dokter akan
memberikan obat tersebut,” tutur Indra.
Sulfadiazine dan pyrimethamine yang digunakan sekaligus adalah obat
tokso yang paling umum. Namun sulfadiazine dapat mengakibatkan reaksi
alergis serius jika tidak cocok. Untuk penggantinya, dokter biasanya
memberikan clindamycin. Pada beberapa orang, clindamycin dapat
mengakibatkan gangguan perut, sementara pyrimethamine dapat
mengakibatkan kurang darah. Untuk mengatasi efek pyrimethamine pada
sumsum kita, ibu dianjurkan juga menggunakan obat leucovorin atau
folinic acid.
Ada obat lain yang lebih jarang digunakan, misalnya azithromycin,
fansidar, dan mepron. Konsultasikan dengan dokter jika obat-obatan yang
biasa kita minum tidak berfungsi atau malah mengakibatkan efek samping
yang mengganggu.
Penting diingat, karena berbentuk parasit, virus tokso di dalam tubuh
tidak bisa dihilangkan, tetapi hanya bisa dikontrol agar tidak
membahayakan. Caranya dengan melakukan pengobatan antibiotik yang tepat.
Lamanya pengobatan bisa memakan waktu berbulan-bulan.
Selain obat-obatan, tokso juga bisa diatasi dengan menjaga sistem
kekebalan tubuh. Bisa lewat obat-obatan atau cara alamiah seperti
mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga dan istirahat yang cukup.
“Beberapa suplemen juga bisa membantu pertahanan tubuh melawan penyakit
dalam waktu yang lama. Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat.”
DETEKSI PADA IBU DAN JANIN
SAYANGNYA, secara kasat mata sulit sekali mendeteksi apakah seseorang
itu terkena parasit tokso atau tidak, karena pada orang dewasa biasanya
tidak disertai gangguan fisik maupun psikis. Apalagi jika kondisi
tubuhnya sehat dan bugar. Kalaupun muncul gejala-gejalanya paling-paling
hanya berupa demam, sakit kepala, dan mudah lelah. Walhasil, penyakit
ini sering tidak terdeteksi, sehingga kecurigaan baru muncul setelah
terjadi keguguran atau anak lahir dengan kelainan bawaan (kongenital).
Kepastian adanya parasit ini baru bisa didapat jika darah ibu
diperiksa di laboratorium. Lewat darah itu dokter akan mengetahui apakah
calon ibu itu sudah memiliki antibodi tokso atau tidak. Adanya antibodi
pada tubuh merupakan indikasi ibu pernah terserang tokso pada waktu
yang lalu.
Dokter akan memeriksa kadar IgM dan IgG pada calon ibu. Pada waktu
pertama kali terinfeksi (infeksi primer), tubuh manusia akan membentuk
IgM (Immunoglobulin M) sebagai reaksi terhadap masuknya benda asing ke
dalam tubuh (antigen). IgM ini secara perlahan-lahan akan menghilang
dalam waktu 1-24 bulan kemudian. Tapi ia bisa timbul lagi bila yang
bersangkutan terinfeksi kembali.
Setelah infeksi pertama, terbentuklah IgG (Immunoglobulin G) yang
merupakan suatu zat penangkis atau kekebalan tubuh. Zat ini merupakan
protein dengan berat molekul besar yang menunjukkan bahwa tubuh kita
telah terbentuk kekebalan. IgG secara teoritis akan menetap di dalam
tubuh, hanya saja kadarnya dapat naik-turun sesuai kondisi kesehatan.
Seorang ibu dikatakan sudah memiliki kekebalan terhadap tokso jika
darahnya menunjukkan kadar IgG yang positif. Jika belum kebal, maka
kadar IgM-nya negatif. Artinya, ibu bisa terserang parasit toksoplasma
kapan saja. Bagi ibu yang memiliki IgG positif tapi infeksinya baru
terjadi, maka dokter akan memeriksa beberapa minggu kemudian, apakah
antibodinya meningkat dan membahayakan atau tidak.
Untuk mengetahui infeksi tokso pada janin, dokter akan melakukan
pemeriksaan pada plasenta dan tulang belakang. Jika si janin telah
terinfeksi dan mengalami kecacatan maka calon ibu akan diberikan
pilihan, akankah meneruskan kehamilannya atau tidak. Setelah lahir, sama
halnya dengan sang ibu, ada tidaknya infeksi tokso diketahui dari tes
darah.
TIPS AGAR TERHINDAR DARI INFEKSI TOKSO:
Ibu hamil hendaknya melakukan beberapa tindakan pencegahan agar terhindar dari parasit tokso. Berikut tips yang diberikan Indra:
1. Cucilah tangan sebelum makan, sebab mungkin saja secara tidak
sadar tangan Anda telah menyentuh benda-benda atau barang yang
mengandung parasit tokso. Cuci juga sayuran atau buah hingga bersih
sebelum dikonsumsi.
2. Jika hobi memelihara binatang peliharaan, seperti kucing atau
anjing, sebaiknya binatang peliharaan tersebut diperiksa secara rutin ke
dokter hewan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah binatang itu
terjangkit parasit tokso secara aktif atau tidak.
3. Apabila kucing atau binatang piaraan tersebut berada pada masa
penularan aktif (sekitar 6 minggu), titipkan binatang piaraan tersebut
pada tempat penitipan binatang piaraan.
4. Jangan biarkan binatang peliharaan Anda memburu mangsanya sendiri
di luar rumah dan jangan pula berikan makanan daging mentah kepadanya.
5. Jangan mengadakan kontak langsung, baik dengan kandang maupun
kotoran hewan piaraan. Mintalah orang lain untuk membersihkannya. Jika
terpaksa harus membersihkan sendiri, pakailah sarung tangan, dan cucilah
tangan sampai bersih. Karena parasit tersebut sangat aktif, jangan lupa
untuk membersihkan kandang setiap hari.
6. Hindarkan mengonsumsi makanan yang tidak matang atau setengah matang. Juga jangan minum susu yang belum disterilkan.
7. Jangan sekali-kali makan daging setengah matang atau daging yang
telah dibekukan kurang dari 20 derajat Celcius selama dua hari.
8. Jangan khawatir saat hendak mengonsumsi daging yang tercemar
toksoplasma (Toxoplasma gondii). Sepanjang daging tersebut dimasak
matang, maka parasit penyebab toksoplasma itu akan mati
0 komentar:
Posting Komentar