Bioteknologi saat ini telah menjadi salah satu symbol perkembangan mutakhir dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerimaan terhadap bioteknologi juga bersifat mendunia. Tidak diragukan lagi, bahwa negara-negara di dunia telah menyandarkan banyak harapan dari bioteknologi. Perkembangan yang pesat dapat dilihat dari tumbuhnya berbagai perusahaan kecil sampai raksasa yang berdasarkan bioteknologi, sejalan dengan pembentukan komite-komite bioteknologi dalam berbagai sistem pemerintahan.
Selain itu juga dapat diamati penyebaran dan penerapan mata kuliah bioteknologi di berbagai universitas, termasuk di Indonesia. Pemerintah dari negara-negara, baik yang paling maju maupun yang masih berkembang telah mengalokasikan sejumlah dana untuk mempercepat perkembangan bioteknologi di negaranya, meskipun ada perbedaan dalam ha1 jumlah dana dan efisiensi pemakaiannya.
Pada umumnya mereka mengharapkan agar kesejahteraan masyarakat dapat dipercepat dan ditingkatkan dengan bantuan bioteknologi. Banyak aspek bioteknologi yang telah membuahkan hasil berupa produk yang mempunyai nilai komersial tinggi. Dalam bidang kedokteran, bioteknologi akan membawa cara-cara baru untuk diagnosa, pengobatan, dan pencegahan penyakit. Dalam bidang pertanian, setiap aspeknya mulai dari penempatan benih di dalam tanah sampai makanan siap di meja makan akan terpengaruh oleh teknologi ini. Selain itu, bioteknologi juga menjadi sandaran untuk penyelamat lingkungan, karena menawarkan berbagai alternatif untuk membersihkan lingkungan dari pencemaran yang sulit dibersihkan dengan cara-cara lain. Meskipun banyak dari kita yakin bahwa bioteknologi itu penting, tetapi kebanyakan dari kita tidak mengetahui dengan tepat apa yang dimaksud dengan bioteknologi. Hal yang membingungkan tersebut dapat dimengerti karena istilah bioteknologi seringkali didefinisikan berbeda oleh orang yang berbeda. Apakah bioteknologi itu sebenarnya?
Definisi Bioteknologi
lstilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur asal Hongaria, pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya. Sampai tahun 1970-an bioteknologi selalu berasosiasi dengan rekayasa biokimia (biochemical engineering) dan pada umumnya kuliah-kuliah yang berhubungan dengan bioteknologi juga
diberikan oleh Jurusan Rekayasa Kimia atau Rekayasa Biokimia. Sesungguhnya mendefinisikan bioteknologi sangat gampang. Pecahlah kata tersebut berdasarkan akar katanya : "bio" dan "teknologi", maka akan diperoleh definisi sebagai berikut : Penggunaan organisme atau sistem hidup untuk memecahkan suatu masalah atau untuk menghasilkan produk yang berguna.
Dengan definisi tersebut dapat dipahami, bahwa bioteknologi bukanlah sesuatu yang baru. Kita telah mendomestikasi tanaman dan hewan sekitar 10.000 tahun yang lalu. Selama beribu-ribu tahun kita telah menggunakan mikrob untuk membuat produk-produk berguna seperti roti, anggur, keju, yogurt, tempe, dan nata de coco. Hampir semua antibiotik berasal dari mikrob, demikian juga enzim-enzim yang dipakai untuk berbagai keperluan mulai dari pembuatan sirup fruktosa sampai pencucian pakaian. Dalam bidang pertanian, kita telah menggunakan mikrob sejak abad ke 19 untuk pestisida dan untuk penyuburan tanah melalui bakteri-bakteri penambat N,. Mikrob juga telah digunakan secara ekstensif untuk pembersihan limbah dan kotoran selama berpuluh puluh tahun. Dalam bidang medis, vaksin-vaksin tertentu dibuat dari virus atau bakteri tertentu yang telah dilemahkan. Jika demikian, mengapa sering dikatakan bahwa bioteknologi adalah suatu terobosan teknologi yang revolusioner, padahal teknologi ini mungkin sudah ada sejak adanya peradaban manusia. Berikut ini adalah jawabannya. Selama periode 1960-an sampai 1970-an, pengetahuan kita tentang biologi sel dan molekuler telah sampai pada suatu titik yang memungkinkan kita untuk memanipulasi suatu organisme di taraf seluler atau molekuler. Memanipulasi suatu organisme untuk kepentingan kita bukanlah suatu hal yang baru. Yang baru adalah cara atau metode kita melakukan manipulasi tersebut. Sebelumnya, kita menggunakan suatu organisme utuh untuk seleksi bahan genetik unggul, tetapi sekarang kita menggunakan sel-sel dan molekul organisme tersebut. Sebelumnya
kita melakukan manipulasi tanpa mengetahui mekanisme yang mendasari manipulasi tersebut, sehingga sulit diprediksi hasilnya. Tetapi sekarang kita mengerti manipulasi yang kita lakukan pada taraf yang paling mendasar, yaitu taraf molekuler. Oleh karena itu, kita dapat memprediksi pengaruh manipulasi yang dilakukan dan mengarahkan perubahan yang diinginkan dengan tingkat ketepatan yang jauh lebih tinggi. Selama sekitar 45 tahun sejak Karl Ereky memperkenalkan istilah bioteknologi, istilah ini telah dipakai dengan pengertian berbeda oleh pakar yang berbeda, sehingga menimbulkan kerancuan. Kerancuan ini berakhir pada 1961 ketika Carl Goren Heden merekomendasikan agar nama suatu jurnal saintifik untuk mempublikasi penelitian dalam bidang mikrobiologi terapan dan
fermentasi diubah dari Journal of Microbiological and Biochemical Engineering and Technology menjadi Biotechnology and Bioengineering. Sejak saat itu, bioteknoloogi diartikan sebagai: "produksi barang dan jasa menggunakan organisme, sistem, atau proses biologi". Oleh karena itu, penelitian bioteknologi sangat bergantung pada mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa kimia. Suatu proses industri bioteknologi yang menggunakan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk, pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan utama yang secara umum dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Proses hulu: Melibatkan serangkaian perlakuan pada bahan mentah, sehingga dapat digunakan sebagai sumber makanan bagi mikroorganismesasaran.
2. Fermentasi dan transformasi: Penumbuhan mikroorganisme sasaran dalam bioreaktor besar (biasanya Lebih dari 100 Liter) yang diikuti dengan produksi (hasil biotransformasi) bahan yang diinginkan, misalnya: antibiotik, asam amino, enzim, atau asam-asam organik.
3. Proses hilir: pemurnian senyawa atau bahan yang diinginkan dari medium fermentasi atau dari massa sel. Penelitian-penelitian bioteknologi dimaksudkan untuk memaksimalkan efisiensi tiap tahap dalam proses bioteknologi serta dapat menemukan mikroorganisme yang sesuai untuk produksi pangan, pakan, suplemen pangan, dan obat-obatan. Selama tahun 1960-an sampai 1970-an, penelitian-penelitian ini difokuskan pada proses hulu, desain bioreaktor, dan proses hilir. Oleh karena itu, banyak dihasilkan informasi yang menjadi dasar penting bagi pembuatan bioreaktor serta instrumentasinya, serta teknologi scale-up yang Lebih efisien dalam menghasilkan berbagai produk. Dari keseluruhan proses industri bioteknologi, bagian biotransformasi merupakan komponen yang paling sulit dioptimalkan secara sistematis. Pada umumnya, galur-galur mikrob yang diisolasi dari alam tidak optimal untuk dipakai Langsung dalam industri bioteknologi. Oleh karena itu, induksi mutasi melalui mutagenesis kimia atau radiasi ultraviolet digunakan untuk mengubah secara acak susunan genetik suatu galur mikrob dengan harapan dapat diperoleh galur yang profilnya Lebih optimal. Dalam beberapa hal, misalnya dalam produksi antibiotik, cara-cara mutasi acak dan seleksi telah berhasil dilakukan. Meskipun demikian, pada sebagian industri bioteknologi Lainnya, mutasi acak malah menurunkan produksi atau hasilnya sulit sekali diprediksi karena adanya mutasi pada bagian-bagian lain dari genom mikrob yang bersangkutan. Selain itu, derajat perbaikan galur masih sangat dibatasi oleh
sistem biologi yang ada. Contohnya: dalam produksi asam sitrat digunakan Aspergillus niger yang mampu memproduksi asam sitrat dengan rendemen tinggi. Tetapi untuk fermentasi media padat, spora kapang ini dapat menimbulkan masalah medis yang relatif
sulit penanganannya di Lapangan. Sementara itu mutasi acak untuk meniadakan spora dari Aspergillus niger tanpa menurunkan rendemen asamnya sangat sulit sekali dilakukan tanpa melewati batas-batas biologi Aspergillus niger. Perbaikan genetik secara tradisional (mutasi acak) sangat memakan waktu, tidakdapatdiprediksi hasilnya, dan menjadi mahal
karena banyaknya galur atau mutan yang harus diseleksi, ditapis, dan selanjutnya diuji kemampuannya untuk keperluan tertentu. Meskipun demikian, sampai sekitar akhir 1970-an bioteknologi telah menjadi suatu disiplin tersendiri yang sudah mapan dengan prosedur-prosedur khas untuk mengembangkan berbagai produk komersial. Perkembangan bioteknologi berubah sejak ditemukannya teknologi DNA rekombinan. Perubahan ini sangat nyata terutama dalam ha1 teknologi proses hulu, dan seleksi galur. Dengan teknologi DNA rekombinan tidak saja kita mampu melakukan perbaikan galur dengan tepat dan dapat diprediksi, tetapi juga dapat mengkonstruksi galur baru dengan bahan genetik tambahan
yang tidak pernah ada pada galur asalnya. Dalam kasus produksi asam sitrat, misalnya kita dapat memindahkan gen-gen kunci untuk biosintesis asam sitrat dari Aspergillus niger ke dalam kapang lain atau bakteri, sehingga lebih memudahkan penanganan pada proses
hilirnya atau menghindari masalah adanya spora. Dengan adanya teknologi DNA rekombinan, maka optimasi biotransformasi dalam suatu proses bioteknologi dapat diperoleh dengan lebih terarah dan langsung. Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetik memungkinkan kita mengkonstruksi, bukan hanya mengisolasi, suatu galur yang sangat produktif. Sel prokariot atau eukariot dapat digunakan sebagai "pabrik biologis"
untuk memproduksi insulin, interferon, hormon pertumbuhan, bahan anti virus, dan berbagai macam protein Lainnya. Teknologi DNA rekombinan juga memungkinkan produksi senyawa-senyawa tertentu yang jumlahnya secara alami sangat sedikit, sehingga tidak ekonomis bila diekstrak langsung dari sumber alaminya. Sebagai contoh, penelitian tentang ilmu bahan teah mengungkapkan, bahwa benang atau serzt laba-Laba (spider silk) merupakan serat yang halus tapi memiliki kekenyalan yang lebih tinggi dari serat baja dengan ukuran yang sama. Selain itu, bila dipintal maka serat laba-laba akan dapat digunakan untuk bahan baju tahan peluru, atau pengganti bahan super elastis yang ada saat ini. Namun, untuk memproduksi serat laba-Laba dengan cara beternak sampai
saat ini sulit dilakukan karena sifat laba-laba yang soliter, perlu ruang tersendiri, dan bersifat kanibal. Gen penyandi protein penyusun serat tersebut telah berhasil di klon dari laba-laba
dan dimasukkan pada E. coli melalui teknologi DNA rekombinan, sehingga dapat diperoleh bahan serat yang lebih ekonomis, selalu tersedia, dan dengan teknologi yang Lebih ramah lingkungan. Tumbuhan dan hewan juga dapat digunakan sebagai bioreaktor
untuk menghasilkan produk baru atau produk hasil modifikasi yang tidak mungkin diperoleh dengan seleksi mutagenesis atau persilangan biasa. Akhirnya, teknologi ini memungkinkan kita untuk menangani penyakit-penyakit genetik melalui terapi gen, masalah pengobatan berbagai jenis kanker, dan penyediaan vaksin DNA sebagai alternatif vaksin masa depan.
Penggabungan antara teknologi DNA rekombinan dengan bioteknologi melahirkan suatu bidang studi yang sangat dinamis dan kompetitif yang disebut Bioteknologi Molekuler. Bidang studi yang relatif baru ini, seperti halnya perkembangan awal biologi molekuler di tahun 1960-an, dipenuhi oleh berbagai harapan yang kadang-kadang melampaui kemampuan para pakar pada saat itu untuk menghasilkan suatu produk. Oleh karena itu, dalam mencermati perkembangan bioteknologi molekuler kita sebaiknya dapat melihat sisi harapan, kenyataan, atau fantasi dari bidang studi yang sedang berkembang pesat ini.
Karena bioteknologi molekuler berubah sangat pesat, maka suatu strategi penelitian yang saat ini sangat relevan dan menjanjikan bisa berbalik menjadi strategi yang tidak ekonomis,
tidak efisien, atau sulit sekali implementasinya. Sementara itu caracara atau pendekatan lain mulai marak dibicarakan atau dilakukan sebagai strategi alternatif. Oleh karena itu, industri bioteknologi moderen harus dapat memantau perkembangan disiplin ilmu terkait, sehingga selalu dapat mengoptimalkan proses-proses industrinya. Dengan demikian, nampaknya tidak terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa industri bioteknologi molekuler adalah industri yang berbasis riset (research-based industry). Di masa depan, tak dapat dielakkan lagi bahwa bioteknologi molekuler akan menjadi metode baku untuk mengembangkan suatu sistem hidup dengan fungsi atau kemampuan baru dalam memproduksi suatu barang atau jasa. Oleh karena itu, perkembangan industri bioteknologi akan selalu tergantung pada penelitian dasar yang serius dan tepat sasaran. Sebagian besar disiplin sains tidak berdiri sendiri. Disiplin sains pada umumnya merupakan peleburan pengetahuan dari berbagai riset yang berbeda. Untuk bioteknologi molekuler, komponen bioteknologi dikembangkan dan disempurnakan oleh pakar-pakar mikrobiologi industri dan rekayasa kimia, sedangkan pengembangan komponen teknologi DNA rekombinan sangat
bergantung pada penemuan-penemuan dalam biologi molekuler, genetika, biokimia, dan mikrobiologi. Sebagian besar pengetahuan yang mendasari bioteknologi dihasilkan oleh penelitian-penelitan dasar di universitas (Tabel 1). Jadi, bioteknologi molekuler sangat tergantung pada perkembangan berbagai pengetahuan dasar dalam usahanya untuk menghasilkan produk-produk komersial yang kompetitif. Dalam perkembangannya perkawinan antara bioteknologi dengan ilmu ekonomi menghasilkan Biointerpreneurship; bioteknologi dengan etika atau agama menghasilkan Bioetika; bioteknologi dengan ilmu computer menghasilkan Bioinformatika; dan bioteknologi dengan ilmu hukum menghasilkan pakar dalam Hukum Hak Atas Kekayaan lntelektual (Patent lawyers). Bidang-bidang ilmu hasil interaksi ini (interface disciplines) merupakan kecenderungan dalam perkembangan
teknologi saat ini dan masa depan yang memungkinkan orang yang mengusainya tidak saja Langka di pasar kerja, sehingga lebihmudah untuk mendapat pekerjaan, tapi juga merupakan refleksi kebutuhan pekerjaan yang semakin menuntut inovasi yang hanya dapat tercipta dengan membuka interface antar disiplin ilmu. Oleh karena itu sangatlah diharapkan agar berbagai disiplin ilmu yang ada membuka pintu lebar-lebar untuk mendisain kurikulum yang dapat menampung minat mahasiswa yang bersifat interface
ini, yang salah satunya merupakan aspek intrinsik dari Bioteknologi Moderen atau Bioteknologi Molekuler.
Rekayasa Genetika dan Keragaman Hayati
Rekayasa genetika yang seringkali sinonim dengan teknologi DNA rekombinan merupakan tulang punggung dan pemicu lahirnya bioteknologi molekuler. DNA rekombinan dikonstruksi dengan menggabungkan materi genetik dari dua atau lebih sumber yang berbeda atau melakukan perubahan secara terarah pada suatu materi genetik tertentu. Di alam, materi genetik melakukan rekombinasi secara konstan. Berikut ini adalah beberapa contoh rekombinasi genetik dari dua sumber atau lebih: (i) Rekombinasi yang terjadi saat pindah silang dalam pembentukan gamet pada proses meiosis, (ii) Saat sperma dan ovum melebur pada proses fertilisasi, dan (iii) Saat sel prokariot melakukan transaksi bahan genetik melalui konjugasi, transformasi, atau transduksi. Dalam tiap contoh rekombinasi tersebut dapat dimengerti bahwa rekombinasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan terjadinya keragaman hayati di alam. Materi genetik yang ada di alam menyajikan suatu bahan mentah evolusi yang dilakukan oleh seleksi alam atau seleksi buatan yang dilakukan oleh manusia.
A. Penggunaan Variasi Genetik dalam Pemuliaan
Segera setelah manusia mampu melakukan domestikasi organisme, maka mulailah terjadi pemuliaan secara selektif untuk mengubah bahan genetiknya sesuai dengan keinginan. Suatuindividu tertentu dalam populasi, yang berarti suatu materi genetik tertentu, disukai oleh manusia dan dipakai sebagai induk untuk generasi-generasi organisme berikutnya. Dengan menyeleksi suatu variasi genetik tertentu dari suatu populasi dan menyingkirkan
variasi genetik lainnya, maka kita sudah melakukan rekombinasi bahan genetik dengan terarah dan dengan tujuan khusus. Akibatnya, kita secara radikal mengubah bahan genetik organisme yang telah kita domestikasikan. Dengan demikian, variasi genetik telah menjadi sumber alami bagi manusia untuk melakukan eksploitasi selama berabadabad. Pengetahuan kita untuk melakukan pemuliaan secara selektif dan yang hasilnya makin dapat diprediksi telah berkembang pesat. Rekayasa genetika merupakan langkah berikutnya dalam kesinambungan usaha manusia untuk mencari varietas atau galur yang paling sesuai.
B. Variasi Genetik Melalui Rekayasa Genetika
lstilah teknologi rekombinan DNA atau rekayasa genetika secara ringkas dapat diartikan sebagai teknik molekuler yang presisi yang mampu mengubah suatu molekul DNA, atau menggabungkan molekul DNA tertentu dari sumber-sumber yang berbeda. Rekombinasi DNA dilakukan dengan enzim (enzim restriksi dan ligase) yang dapat melakukan pemotongan dan penyambungan molekul DNA dengan tepat dan dapat diprediksi. DNA rekombinan selanjutnya dimasukkan ke dalam organisme sasaran melalui introduksi Langsung (transformasi), melalui virus, atau bakteri. Oleh karena itu, dalam melakukan rekombinasi genetik, seorang pemulia selain dapat melakukannya melalui penggabungan sel telur dan sperma (atau serbuk sari dan putik pada tanaman) pada metode pemuliaan selektif, dia dapat pula melakukan rekombinasi bahan genetik dengan presisi yang lebih tinggi dengan melakukannya di taraf molekuler.
C. Pemuliaan Selektif vs Rekayasa Genetika
Banyak pakar memandang rekayasa genetika secara sederhana sebagai kelanjutan dari teknik pemuliaan selektif, karena kedua teknik itu pada dasarnya bertujuan untuk menggabungkan rnateri genetik dari sumber yang berbeda untuk menghasilkan organisme yang memiliki sifat-sifat baru yang berguna. Meskipun pada dasarnya rekayasa genetika dan pemuliaan selektif memiliki kesamaan, namun kedua teknik itu juga memiliki perbedaan. Dalam rekayasa genetika, kita memindahkan satu gen tunggal yang fungsinya sudah diketahui dengan jelas, sedangkan dalam pemuliaan selektif yang ditransfer (melalui fertilisasi atau penyerbukan) adalah sekumpulan gen yang fungsinya pada umumnya tidak diketahui. Dengan meningkatkan ketepatan dan kepastian dalam manipulasi genetik, maka resiko untuk menghasilkan organisme dengan sifat-sifat yang tidak diharapkan dapat diminimumkan. Model uji coba (trial-and-error) dalam pemuliaan selektif dapat dibuat menjadi lebih tepat melalui rekayasa genetika. Dalam pemuliaan selektif kita mengawinkan organisme dari satu spesies, dari spesies yang berbeda, atau kadang-kadang dari genus yang berbeda. Dalam rekayasa genetika sudah tidak ada lagi hambatan taksonomi. Manipulasi genetik tidak lagi terbatas pada sekelompok kecil variasi genetik. Bila kita inginkan suatu bahan genetik untuk disisipkan pada suatu organisme, maka tidak lagi menjadi masalah seberapa jauh hubungan kekerabatan organisme pemilik bahan genetik tersebut. Sebagai contoh, gen penyandi antibodi dari manusia dapat dipindahkan ke tanaman Tembakau sehingga kita dapat memanen antibodi bukan dari hewan percobaan, yang seringkali kurang disukai oleh kelompok pecinta binatang, tetapi langsung dari ekstrak daun ~embakau. Kemampuan memindahkan gen dari satu organisme ke organisme lain tanpa batasan taksonomi memungkinkan kita memanfaatkan sumber daya alam yang luar biasa, yaitu keragaman hayati (biodiversity). Tentu saja semua usaha itu dapat dilakukan dengan dampak yang minimal bila kita mau belajar dari kearifan proses-proses biologi yang mendasari keragaman tersebut.
Tahun Peristiwa
1917 Karl Ereky memperkenalkan istilah bioteknologi
1943 Penisilin diproduksi dalam skala industri
1 944 Avery, MacLeod, McCarty mendemonstrasikan
bahwa DNA adalah bahan genetik
1953 Watson & Crick menentukan struktur DNA
1961 Jurnal Biotechnology and Bioengineering
ditetapkan
1961 -1 966 Seluruh sandi genetik terungkapkan
1970 Enzim restriksi endonuklease pertama kali
diisolasi
Tahun Peristiwa
1972 Khorana dan kawan-kawan berhasil mensintesa
secara kimiawi seluruh gen tRNA
1973 Boyer dan Cohen memaparkan teknologi DNA
rekombinan
1975 Kohler dan Milstein menjabarkan produksi
an tibodi monoklonal
1976 Perkembangan teknik-teknik untuk menentukan
sekuen DNA
Genentech menghasilkan insulin manusia dalam
E. coli
US Supreme Court: Mikroorganisme hasil
manipulasi dapat dipatenkan (kasus Diamond vs
Chakrabarty)
Untuk pertama kalinya auTomated DNA
synthesizers dijual secara komersial
Untuk pertama kalinya kit diagnostik berdasar
antibodi disetujui untuk dipakai di Amerika
Serikat
Untuk pertama kalinya vaksin hewan
hasil teknologi DNA rekombinan disetujui
pemakaiannya di Eropa
Plasmid Ti hasil rekayasa genetik dipakai untuk
transformasi tanaman
US Patent diberikan untuk mencit hasil rekayasa
genetik sehingga rentan terhadap kanker (untuk
penelitian tumor)
Metode Polymerase Chain Reaction dipubliikasi
USA: Telah disetujui percobaan Terapi gen sel
somatik pada manusia
Tahun Peristiwa
1997 Kloning hewan (domba Dolly) dari sel dewasa (sel
ambing)
2000 Pro dan kontra tanaman transgenik di Indonesia.
Kapas transgenik ditanam di Sulawesi Selatan
2001 Konstruksi monyet transgenik (ANDi) yang
mengandung gen GFP dari sejenis ubur-ubur
Tabel 2. Perbedaan antara pemuliaan selektif dan rekayasa I
genetika i
Parameter Pemuliaan Selektif Rekayasa Genetika
.................................................................................
Tingkat Organisme utuh Sel atau
mole kul
Ketepatan Sekumpulan gen Satu gen tunggal
Kepastian Perubahan genetik Perubahan
sulit atau tidak bahan genetik
mungkin dikarakterisasi
di karakterisas dengan baik
Batasan taksonomi Hanya dapat dipakai Tidak ada
dalam satu spesies batasan
atau satu genus taksonomi
.................................................................................
Pustaka
Click, B.R., and J.J. Pasternak.1998. Molecular Biotechnology:
Principles and applications of recombinant DNA. 2 Ed. ASM
Press, Washington, D.C.
Russo, E., and D. Cove. 1995. Genetic engineering: Dreams and
nightmares. W.H. Freeman, New York.