This is default featured slide 1 title

Nuzulul Arifin Creativity

This is default featured slide 4 title

Nuzulul Arifin Creativity

This is default featured slide 5 title

Nuzulul Arifin Creativity

This is default featured slide 6 title

Nuzulul Arifin Creativity

This is default featured slide 8 title

Nuzulul Arifin Creativity

This is default featured slide 9 title

Nuzulul Arifin Creativity

Kamis, 07 Mei 2015

PENGABDIAN DI TANAH PAPUA

SEBUAH TESTIMONI PENGABDIAN DI TANAH PAPUA


Saya Nuzulul Aripin, S.Pd salah satu peserta SM-3T (Sarjana Mendidik Di Daerah Terdepan Terluar Tertinggal), program SM-3T itu sendiri sebagai salah satu Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia ditujukan kepada para Sarjana Pendidikan yang belum bertugas sebagai guru (PNS/GTY), untuk ditugaskan selama satu tahun di daerah 3T. Program SM-3T dimaksudkan untuk membantu mengatasi kekurangan guru, sekaligus mempersiapkan calon guru profesional yang tangguh, mandiri, dan memiliki sikap peduli terhadap sesama, serta memiliki jiwa untuk mencerdaskan anak bangsa, agar dapat maju bersama mencapai cita-cita luhur seperti yang diamanatkan oleh para pendiri bangsa Indonesia. Saya sendiri merupakan lulusan sarjana kependidikan program studi pendidikan Biologi Universitas Mulawarman Kalimantan Timur. Sebagai salah satu sarjana yang baru lulus saya memiliki keinginan besar untuk mengaplikasikan Ilmu yang telah saya miliki untuk mengabdikan diri untuk bangsa ini, setelah mengetahui ada program SM-3T tersirat sebuah keinginan untuk ikut serta menjadi salah satu peserta program tersebut, kemudian setelah mengikuti beberapa tahapan tes yang dilaksanakan oleh LPTK Universitas Mulawarman akhirnya saya lolos menjadi salah satu peserta SM-3T. Motivasi terbesar ketika mendengar bahwa saya telah lolos ialah bonus-bonus dan beserta beasiswa PPG (Pendidikan Profesi Guru), dan pengangkatan sebagai CPNS, amin...
Kemudian kami telah berhasil lolos sebanyak 70 orang, dan mendapatkan kabar bahwa LPTK UNMUL mendapatkan daerah sasaran di kabupaten Sitaro SULAWESI UTARA dan kabupaten Jayawijaya, PAPUA. Mendengar kata PAPUA dimanakah daerah itu? Apakah ada kehidupan disana? apa masih orang-orang disana masih sangat primitif? sebagai wujud adaptasi maka saya mencari tahu dari berbagai media mengenai kondisi tersebut, tak banyak yang bisa menjelaskan kondisi didaerah tersebut, begitu khawatir dan penuh kebimbangan untuk mengambil keputusan untuk menerima penempatan tersebut, kemudian saya berpikir dan penuh pertimbangan bahwa untuk terlibat mencerdaskan kehidupan bangsa bahwa indonesia bukan hanya Kalimantan Timur tapi meliputi NKRI dari sabang sampai merauke maka saya putuskan untuk menerima penempatan saya di Kabupaten Jayawijaya, PAPUA.
Kemudian setelah mengetahui bahwa saya telah berhasil lolos menjadi salah satu peserta SM-3T saya dan seluruh peserta melaksanakan kegiatan Prakondisi, dalam kegiatan tersebut kami diberikan arahan baik dalam bidang Prakondisi akademik maupun Prakondisi Non-akademik untuk mempersiapkan bekal dalam pengabdian di daerah, selama 12 Hari kami mengikuti kegiatan tersebut begitu banyak ilmu baru yang kami dapatkan dari cara mengolola manajemen sekolah, melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler, sampai menangani sekolah yang melaksanakan kelas rangkap, dan cara-cara mengatasi ketahanmalangan ketika tiba di daerah nanti.
Waktu pemberangkatan pun tiba kami pun bersiap diri mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi disana, dengan mengucapkan BASMALLAH saya meninggalkan kota tercinta, orang tua, teman-teman dan pacar, hehehe....menuju daerah penempatan saya. Dalam perjalanan, saya dan teman-teman sangat antusias dan penuh rasa tak sabar ingin segera tiba pada daerah penempatan kami, tak terasa perjalanan yang kami tempuh selama 7 jam 30 menit pun berakhir kami akhirnya sampai di Kabupaten Jayawijaya, PAPUA. Setibanya dibandara terlihat begitu beranekaragamnya kehidupan disini, terutama orang-orang dengan genus yang berbeda dengan kami, mereka begitu hitam, rambu keriting, itulah PAPUA, dengan orientasi budayanya. Kehidupan disini sangat berbeda jauh dari kehidupan di daerah asal saya, dari kondisi alam disini sangat dingin mungkin sekitar 150 C, belum lagi daerah ini di kelilingi oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi, pemandangan yang begitu indah dan kami sebut daerah itu LEMBAH BALIEM KOTA WAMENA, disanalah saya ditempatkan betapa beruntungnya saya diberikan kesempatan untuk mengabdikan diri pada daerah ini, dan apa yang saya pikirkan selama ini mengenai segala kondisi disini ternyata tak seperti yang kami bayangkan, orang-orang disini sangatlah baik, santun dan menghargai para pendatang seperti kami.
Setelah itu pembagian daerah sasaran pun diumumkan oleh Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Kabupaten Jayawijaya, PAPUA. Saya mendapatkan amanah penempatan di SMP Negeri 4 Wamena, lokasinya pun tak jauh dari kota, katanya?? Kemudian setelah pembagian wilayah saya dijemput oleh kepala SMP Negeri 4 Wamena, saya dan rekan menuju lokasi dimanakah sekolah tersebut? dalam perjalanan begitu banyak pemandangan indah, gunung-gunung yang menjulang tinggi, padang rumput, dan yang paling menarik perhatian saya adalah rumah khas PAPUA, HONAI unik sekali rumah ini, atap yang terbuat dari jerami berbentuk kubah masjid dengan diameter 3 m rumah ini berderat di sepanjang perjalanan saya menuju sekolah, kemudian yang saya khawatirkan pun tiba jaringan komunikasi terputus tidak ada sinyal didaerah ini.....tapi hal itu tak menyurutkan niat saya untuk terus ke lokasi. Kemudian selama waktu 30 menit kamipun sampai di SMP Negeri 4 Wamena. Sekolah yang saya pikir sudah memenuhi kriteria, dengan adanya bangunan sekolah yang kokoh, disertai dengan kelas-kelas, ruang kantor guru, ruang UKS, ruang koperasi, ruang perpustakaan, ruang laboratorium walaupun kondisinya terbatas, dan ada rumah dinas disana, disanalah saya akan tinggal, kondisinya baik dan bersih. Kamipun memutuskan untuk tinggal disana dengan segala kondisi apapun.
Siswa SMP Negeri 4 Wamena
Kebutuhan sekunder seperti listrik dan sinyal belum ada didaerah ini rasa khawatir pun ada, jauh dari kehidupan orang tua, sebagai pahlawan dengan tanda jasa mencoba kuat menghadapi cobaan ini, karna saya yakin akan indah pada suatu hari nanti. Kemudian penderitaan juga belum berakhir air juga sulit di dapat disini, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari masih banyak menggunakan air hujan sebagai kebutuhan minum dan mandi.
Kegiatan belajar mengajar keesokan harinya saya mulai dengan masuk kelas IX, di dalam kegiatan belajar tersebut saya banyak mengalami hambatan, seperti bahasa daerah yang begitu kental sehingga pengucapan dalam bahasa indonesia tidak jelas dan sulit di pahami, selain itu saya sulit mengenal murid satu-persatu karena wajah mereka seperti sama semuanya, mereka begitu black dan eksotis. Tapi yang membuat saya bangga mereka begitu manis..hehehe. Tapi tidak sampai disana saja hambatan yang dialami bahwa kebutuhan belajar mereka selama ini tidak pernah terpenuhi dengan baik, penyampaian materi yang tidak lengkap banyak materi yang belum disampaikan karena begitu banyak guru yang tidak pernah hadir, sehingga kedatangan saya ke sekolah ini menjadi guru alternatif untuk menggantikan gutu mata pelajaran yang tidak datang. Pengalaman baru yang saya alami mengajar yang bukan bidang studi di daerah pengabdian.
Banyak siswa di sekolah ini yang masih memiliki kebutuhan khusus seperti tidak bisa membaca, tidak bisa menulis apalagi berhitung, permasalahan yang begitu kompleks terjadi disekolah ini. Tentu kesulitan saya alami dalam melaksanakan pembelajaran karena untuk memahami pelajaran melalui penyampaian teori sulit diterima. Sehingga saya banyak melakukan revolusi belajar melalui kegiatan praktikum yang sedikit membantu dalam memahami pembelajaran, karena untuk pelajaran setingkat IPA akan membutuhkan pemahaman yang baik, dengan ditambah sekolah ini merupakan daerah yang terisolir membuat segala aktifitas pembelajaran tertinggal jauh daripada sekolah yang ada di luar daerah maju. Hal lain yang membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar karena tidak ada pengawasan dari orang tua, orang tua hanya mengetahui anaknya sekolah setibanya di rumah tidak ada perhatian yang diberikan, dan seakan akan hanya menjadi rutinitas sehari-hari.
Belum lagi lingkungan yang tidak baik dan kebudayaan yang sudah mendarah daging di dalam tubuh mereka sehingga sulit untuk memberikan kemajuan, lingkungan yang didominasi oleh orang-orang yang tidak sekolah sering mabuk-mabukkan memberikan kesempatan bagi murid untuk terpengaruh ke dalam hal tersebut. Tak jarang siswa saya lihat mabuk terbaring di jalan raya. Perlahan saya berikan bimbingan kepada mereka akan kebutuhan belajar dan memberikan motivasi kepada mereka, sehingga ada beberapa yang perlahan yang memberikan respon baik. Sampai hari ini saya melaksanakan masa bhakti melaksanakan tugas di sekolah ini, perlahan menampakkan perkembangan yang signifikan, saya membuat beberapa program penunjang kegiatan pembelajaran, seperti halnya pembuatan dan pengelolaan Perpustakaan, Pembuatan Laboratorium IPA, Pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler dan masih banyak lainnya, sampai hari ini saya terus berjuang mendidik mereka menjadi manusia yang sederhana, sesuai visi sekolah “memanusiakan manusia yang sederhana”
To Be Continued...............
 Terima Kasih Atas semua kesempatan mengabdi di Tanah Papua-SM-3T 2013
Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia