SEBUAH TESTIMONI PENGABDIAN DI TANAH PAPUA
Saya
Nuzulul Aripin, S.Pd salah satu peserta SM-3T (Sarjana Mendidik Di
Daerah Terdepan Terluar Tertinggal), program SM-3T itu sendiri sebagai
salah satu Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia ditujukan kepada
para Sarjana Pendidikan yang belum bertugas sebagai guru (PNS/GTY),
untuk ditugaskan selama satu tahun di daerah 3T. Program SM-3T
dimaksudkan untuk membantu mengatasi kekurangan guru, sekaligus
mempersiapkan calon guru profesional yang tangguh, mandiri, dan memiliki
sikap peduli terhadap sesama, serta memiliki jiwa untuk mencerdaskan
anak bangsa, agar dapat maju bersama mencapai cita-cita luhur seperti
yang diamanatkan oleh para pendiri bangsa Indonesia. Saya sendiri
merupakan lulusan sarjana kependidikan program studi pendidikan Biologi
Universitas Mulawarman Kalimantan Timur. Sebagai salah satu sarjana yang
baru lulus saya memiliki keinginan besar untuk mengaplikasikan Ilmu
yang telah saya miliki untuk mengabdikan diri untuk bangsa ini, setelah
mengetahui ada program SM-3T tersirat sebuah keinginan untuk ikut serta
menjadi salah satu peserta program tersebut, kemudian setelah mengikuti
beberapa tahapan tes yang dilaksanakan oleh LPTK Universitas Mulawarman
akhirnya saya lolos menjadi salah satu peserta SM-3T. Motivasi terbesar
ketika mendengar bahwa saya telah lolos ialah bonus-bonus dan beserta
beasiswa PPG (Pendidikan Profesi Guru), dan pengangkatan sebagai CPNS,
amin...
Kemudian
kami telah berhasil lolos sebanyak 70 orang, dan mendapatkan kabar
bahwa LPTK UNMUL mendapatkan daerah sasaran di kabupaten Sitaro SULAWESI
UTARA dan kabupaten Jayawijaya, PAPUA. Mendengar kata PAPUA dimanakah
daerah itu? Apakah ada kehidupan disana? apa masih orang-orang disana
masih sangat primitif? sebagai wujud adaptasi maka saya mencari tahu
dari berbagai media mengenai kondisi tersebut, tak banyak yang bisa
menjelaskan kondisi didaerah tersebut, begitu khawatir dan penuh
kebimbangan untuk mengambil keputusan untuk menerima penempatan
tersebut, kemudian saya berpikir dan penuh pertimbangan bahwa untuk
terlibat mencerdaskan kehidupan bangsa bahwa indonesia bukan hanya
Kalimantan Timur tapi meliputi NKRI dari sabang sampai merauke maka saya
putuskan untuk menerima penempatan saya di Kabupaten Jayawijaya, PAPUA.
Kemudian
setelah mengetahui bahwa saya telah berhasil lolos menjadi salah satu
peserta SM-3T saya dan seluruh peserta melaksanakan kegiatan Prakondisi,
dalam kegiatan tersebut kami diberikan arahan baik dalam bidang
Prakondisi akademik maupun Prakondisi Non-akademik untuk mempersiapkan
bekal dalam pengabdian di daerah, selama 12 Hari kami mengikuti kegiatan
tersebut begitu banyak ilmu baru yang kami dapatkan dari cara mengolola
manajemen sekolah, melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler, sampai
menangani sekolah yang melaksanakan kelas rangkap, dan cara-cara
mengatasi ketahanmalangan ketika tiba di daerah nanti.
Waktu
pemberangkatan pun tiba kami pun bersiap diri mempersiapkan segala
kemungkinan yang akan terjadi disana, dengan mengucapkan BASMALLAH saya
meninggalkan kota tercinta, orang tua, teman-teman dan pacar,
hehehe....menuju daerah penempatan saya. Dalam perjalanan, saya dan
teman-teman sangat antusias dan penuh rasa tak sabar ingin segera tiba
pada daerah penempatan kami, tak terasa perjalanan yang kami tempuh
selama 7 jam 30 menit pun berakhir kami akhirnya sampai di Kabupaten
Jayawijaya, PAPUA. Setibanya dibandara terlihat begitu beranekaragamnya
kehidupan disini, terutama orang-orang dengan genus yang berbeda dengan
kami, mereka begitu hitam, rambu keriting, itulah PAPUA, dengan
orientasi budayanya. Kehidupan disini sangat berbeda jauh dari kehidupan
di daerah asal saya, dari kondisi alam disini sangat dingin mungkin
sekitar 150 C, belum lagi daerah ini di kelilingi oleh
gunung-gunung yang menjulang tinggi, pemandangan yang begitu indah dan
kami sebut daerah itu LEMBAH BALIEM KOTA WAMENA, disanalah saya
ditempatkan betapa beruntungnya saya diberikan kesempatan untuk
mengabdikan diri pada daerah ini, dan apa yang saya pikirkan selama ini
mengenai segala kondisi disini ternyata tak seperti yang kami bayangkan,
orang-orang disini sangatlah baik, santun dan menghargai para pendatang
seperti kami.
Setelah
itu pembagian daerah sasaran pun diumumkan oleh Dinas Pendidikan dan
Pengajaran, Kabupaten Jayawijaya, PAPUA. Saya mendapatkan amanah
penempatan di SMP Negeri 4 Wamena, lokasinya pun tak jauh dari kota,
katanya?? Kemudian setelah pembagian wilayah saya dijemput oleh kepala
SMP Negeri 4 Wamena, saya dan rekan menuju lokasi dimanakah sekolah
tersebut? dalam perjalanan begitu banyak pemandangan indah,
gunung-gunung yang menjulang tinggi, padang rumput, dan yang paling
menarik perhatian saya adalah rumah khas PAPUA, HONAI unik sekali rumah
ini, atap yang terbuat dari jerami berbentuk kubah masjid dengan
diameter 3 m rumah ini berderat di sepanjang perjalanan saya menuju
sekolah, kemudian yang saya khawatirkan pun tiba jaringan komunikasi
terputus tidak ada sinyal didaerah ini.....tapi hal itu tak menyurutkan
niat saya untuk terus ke lokasi. Kemudian selama waktu 30 menit kamipun
sampai di SMP Negeri 4 Wamena. Sekolah yang saya pikir sudah memenuhi
kriteria, dengan adanya bangunan sekolah yang kokoh, disertai dengan
kelas-kelas, ruang kantor guru, ruang UKS, ruang koperasi, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium walaupun kondisinya terbatas, dan ada
rumah dinas disana, disanalah saya akan tinggal, kondisinya baik dan
bersih. Kamipun memutuskan untuk tinggal disana dengan segala kondisi
apapun.
Siswa SMP Negeri 4 Wamena
Kebutuhan
sekunder seperti listrik dan sinyal belum ada didaerah ini rasa
khawatir pun ada, jauh dari kehidupan orang tua, sebagai pahlawan dengan
tanda jasa mencoba kuat menghadapi cobaan ini, karna saya yakin akan
indah pada suatu hari nanti. Kemudian penderitaan juga belum berakhir
air juga sulit di dapat disini, sehingga untuk kebutuhan sehari-hari
masih banyak menggunakan air hujan sebagai kebutuhan minum dan mandi.
Kegiatan
belajar mengajar keesokan harinya saya mulai dengan masuk kelas IX, di
dalam kegiatan belajar tersebut saya banyak mengalami hambatan, seperti
bahasa daerah yang begitu kental sehingga pengucapan dalam bahasa
indonesia tidak jelas dan sulit di pahami, selain itu saya sulit
mengenal murid satu-persatu karena wajah mereka seperti sama semuanya,
mereka begitu black dan eksotis. Tapi yang membuat saya bangga mereka
begitu manis..hehehe. Tapi tidak sampai disana saja hambatan yang
dialami bahwa kebutuhan belajar mereka selama ini tidak pernah terpenuhi
dengan baik, penyampaian materi yang tidak lengkap banyak materi yang
belum disampaikan karena begitu banyak guru yang tidak pernah hadir,
sehingga kedatangan saya ke sekolah ini menjadi guru alternatif untuk
menggantikan gutu mata pelajaran yang tidak datang. Pengalaman baru yang
saya alami mengajar yang bukan bidang studi di daerah pengabdian.
Banyak
siswa di sekolah ini yang masih memiliki kebutuhan khusus seperti tidak
bisa membaca, tidak bisa menulis apalagi berhitung, permasalahan yang
begitu kompleks terjadi disekolah ini. Tentu kesulitan saya alami dalam
melaksanakan pembelajaran karena untuk memahami pelajaran melalui
penyampaian teori sulit diterima. Sehingga saya banyak melakukan
revolusi belajar melalui kegiatan praktikum yang sedikit membantu dalam
memahami pembelajaran, karena untuk pelajaran setingkat IPA akan
membutuhkan pemahaman yang baik, dengan ditambah sekolah ini merupakan
daerah yang terisolir membuat segala aktifitas pembelajaran tertinggal
jauh daripada sekolah yang ada di luar daerah maju. Hal lain yang
membuat siswa tidak termotivasi untuk belajar karena tidak ada
pengawasan dari orang tua, orang tua hanya mengetahui anaknya sekolah
setibanya di rumah tidak ada perhatian yang diberikan, dan seakan akan
hanya menjadi rutinitas sehari-hari.
Belum
lagi lingkungan yang tidak baik dan kebudayaan yang sudah mendarah
daging di dalam tubuh mereka sehingga sulit untuk memberikan kemajuan,
lingkungan yang didominasi oleh orang-orang yang tidak sekolah sering
mabuk-mabukkan memberikan kesempatan bagi murid untuk terpengaruh ke
dalam hal tersebut. Tak jarang siswa saya lihat mabuk terbaring di jalan
raya. Perlahan saya berikan bimbingan kepada mereka akan kebutuhan
belajar dan memberikan motivasi kepada mereka, sehingga ada beberapa
yang perlahan yang memberikan respon baik. Sampai hari ini saya
melaksanakan masa bhakti melaksanakan tugas di sekolah ini, perlahan
menampakkan perkembangan yang signifikan, saya membuat beberapa program
penunjang kegiatan pembelajaran, seperti halnya pembuatan dan
pengelolaan Perpustakaan, Pembuatan Laboratorium IPA, Pelaksanaan
kegiatan ekstrakulikuler dan masih banyak lainnya, sampai hari ini saya
terus berjuang mendidik mereka menjadi manusia yang sederhana, sesuai
visi sekolah “memanusiakan manusia yang sederhana”
To Be Continued...............
Terima Kasih Atas semua kesempatan mengabdi di Tanah Papua-SM-3T 2013
Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia